New York City (ANTARA) - Dalam pidato kenegaraan State of the Union pertamanya nanti, Presiden Amerika Serikat Joe Biden harus menunjukkan lebih banyak simpati kepada warga AS ketimbang membual tentang kemajuan-kemajuan yang bertentangan dengan pengalaman hidup warganya, tulis The New York Times (NYT) dalam sebuah opini pada Senin (14/2).

Menguraikan apa yang mungkin dibahas Biden dalam pidatonya, opini yang ditulis oleh David Axelrod, ahli strategi senior dalam kampanye Barack Obama 2008, menekankan bahwa warga AS "masih sangat terdampak oleh trauma nasional."

Jajak pendapat menunjukkan bahwa mayoritas warga AS percaya mereka berada di jalur yang salah, dan warga akan sulit menerima klaim kemajuan yang bertentangan dengan pengalaman hidup mereka, kata opini itu, yang mencatat bahwa meskipun pandemi COVID-19 diyakini secara luas mereda, "warga AS tidak merayakannya."

"Jutaan warga kehilangan orang yang dicintai, banyak orang lainnya terus mengalami kesulitan akibat virus (corona). Anak-anak kehilangan waktu berharga di kelas, dan para orang tua harus berjuang untuk mengatasinya. Tenaga kesehatan berada dalam krisis. Dan kita semua merasakan kerugian yang sangat besar dari isolasi relatif kita," kata Axelroid.

"Pidato kenegaraan tahunan presiden AS membuat khawatir. Jika mengklaim sebaliknya, yakni menyoroti kemajuan yang telah kita buat tanpa sepenuhnya mengakui jalan terjal yang telah kita tempuh dan jarak yang harus kita tempuh, akan tampak kurang tepat dan tidak menunjukkan empati," tambahnya.

Presiden Biden perlu menceritakan kisah perjuangan di masa-masa sulit yang dialami banyak warga AS, menghargai ketahanan mereka, dan melukiskan gambaran realistis yang kredibel tentang bagaimana mereka dapat merebut kembali kendali atas hidup mereka, demikian disarankan penulis tersebut. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Anton Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2022