Jakarta (ANTARA) - Vaksin protein rekombinan COVID-19 fusi (V-01) yang dikembangkan dan diproduksi di China telah menunjukkan efek perlindungan terhadap varian Omicron dalam uji coba klinis vaksin penguat (booster) di Pakistan dan Malaysia, kata pihak pengembang vaksin tersebut pada Rabu (16/2).

Vaksin V-01 dikembangkan oleh Institut Biofisika di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China dan Livzon Pharmaceutical Group Inc. (LivzonBio) di Provinsi Guangdong, China selatan.

Menurut data awal yang dirilis oleh LivzonBio, sebanyak 10.241 orang dewasa sehat berusia 18 tahun ke atas yang telah menerima dosis kedua vaksin nonaktif dalam tiga hingga enam bulan sebelumnya terdaftar dalam uji coba tersebut. Para peserta disuntik vaksin boosterV-01 atau plasebo dengan perbandingan satu banding satu.

Dari peserta yang mengikuti uji coba itu, total 110 peserta terinfeksi COVID-19.

LivzonBio mengatakan bahwa tingkat infeksi orang-tahun pada kelompok booster adalah 6,73 persen, sedangkan angka pada kelompok plasebo adalah 12,8 persen.

Perusahaan tersebut menyatakan bahwa efikasi absolut vaksin setelah vaksin booster sekuensial V-01 berada di angka 61,35 persen, yang secara signifikan unggul dan memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sementara itu, uji coba itu juga menganalisis sampel virus dari peserta yang terinfeksi. Di antaranya, 60 spesimen adalah Omicron, sedangkan sisanya masih menjalani pengurutan (sequencing). Hasil penelitian menunjukkan bahwa vaksin booster sekuensial V-01 dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap varian Omicron.

LivzonBio menambahkan bahwa tidak ada masalah keamanan yang menjadi perhatian.

V-01 merupakan vaksin protein rekombinan fusi dengan domain pengikat reseptor (receptor-binding domain/RBD) sebagai antigen. RBD merupakan bagian terpenting dari protein lonjakan virus COVID-19 yang mengikat reseptor ACE2 pada sel manusia.

Proses pengikatan ini memberikan akses virus ke sel inang dan menyebabkan infeksi. Menargetkan RBD seperti memborgol virus itu, dan menahannya sehingga tidak masuk ke sel inang.

Dibandingkan dengan pendekatan lain yang digunakan sejumlah vaksin untuk menangkal virus tersebut, vaksin yang menargetkan RBD ini relatif mudah diproduksi dan diperbanyak karena hanya membutuhkan sebagian kecil protein lonjakan virus COVID-19 untuk diproduksi. Selain itu, vaksin ini lebih hemat biaya daripada jenis vaksin lainnya, serta lebih mudah disimpan dan dikirim.

LivzonBio telah mengajukan uji klinis fase-III di lebih dari 10 negara, termasuk Mesir, Indonesia, Rusia, Rwanda, Afrika Selatan, Pakistan, Malaysia, dan Filipina.

Pada Mei lalu, para peneliti dari Universitas Peking dan lembaga penelitian China lainnya melaporkan dalam jurnal Cell Research bahwa menggunakan vaksin protein rekombinan RBD sebagai suntikan booster kemungkinan menjadi rencana imunisasi yang dioptimalkan di masa depan. 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
COPYRIGHT © ANTARA 2022