Bandung (ANTARA) - Pengamat Politik dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof Karim Suryadi mengatakan penunjukan Co-Chair G20 kepada Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menunjukkan kapasitas dan kompetensi keduanya menangani urusan kota.

"Ini melebihi urusan popularitas, Anies sebagai kepala daerah Ibu Kota, dan RK yang berpengalaman dalam menata Kota Bandung, sekaligus memimpin provinsi yang berhimpitan dengan Jakarta diyakini memiliki pengalaman memadai dalam menyelesaikan masalah-masalah perkotaan," kata Karim Suryadi ketika dihubungi melalui telepon oleh wartawan di Bandung, Jumat.

Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta dipilih sebagai Co-Chairs Indonesia pada Outreach Groups U20 Presidensi G20 Indonesia Tahun 2022.

Penunjukan ini membuat duet Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur DKI Anies Baswedan makin rutin muncul di hadapan publik dan memiliki kans menjadi panggung menuju Pilpres 2024.

Baca juga: Anies: Forum U20 dorong akses vaksin merata

Baca juga: Anies bobol gawang Ridwan Kamil saat main sepak bola di JIS


Menurut Karim, Outreach Groups U20 Presidensi G20 bukan semata-mata rangkaian acara formal dan acara ini menunjukkan kepercayaan pada kualitas kedua orang pemimpin tersebut.

"Terlebih latar belakang keilmuan RK sebagai arsitek dan perencanaan kota merupakan bidang yang sangat relevan untuk itu. Penampilan kedua pemimpin daerah ini juga didukung kemajuan yang diraih daerah masing-masing," katanya.

Sementara itu terkait kemungkinan kemesraan kedua pemimpin ini dilirik menjadi satu paket pencalonan pada Pilpres 2024, Karim menilai ada sejumlah peluang positif yang bisa dibaca dari berbagai sisi.

"Kalau keduanya maju, tidak ada yang salah. Kapasitas, pengalaman, dan penampilan keduanya bagus. Sebagai gubernur, mereka menangani urusan yang dikelola presiden meski dengan lingkup dan skala yang berbeda. Jadi, gubernur adalah tangga menuju kepresidenan yang paling masuk akal," katanya.

Persoalannya, menurut Karim keduanya dikenal bukan sebagai pimpinan atau kader partai politik.

Padahal, sampai saat ini tiket capres seakan-akan sudah diborong oleh ketua partai.

"Hanya ini persoalannya. Apakah (pasangan ini) kartu mati. Tidak, bahkan jika pimpinan parpol jeli, jarak yang dibangun RK dengan parpol misalnya, bisa menjadi nilai tambah dalam pandangan publik," katanya.

Menurut Karim, di tengah penampilan parpol yang masih turun naik, penilaian terhadap calon yang bisa menjaga jarak proporsional dengan parpol akan menggugah simpati publik, dan kerelaan untuk mendukungnya.

"Sehingga saya menilai keduanya tidak ada persoalan dalam hal kapasitas, kapabilitas, dan keberterimaan publik. Batu ujinya hanya ada pada parpol dalam memilih dan memajukan kandidat," katanya.

Karim menekankan penting bagi parpol melihat duet ini sebagai upaya menghadirkan calon pemimpin nasional yang berkualitas sekaligus menggerek kepercayaan masyarakat terhadap parpol pengusung.

"Majunya orang seperti Anies dan RK, yang jelas punya kapasitas dan kapabilitas akan menambah kepercayaan publik terhadap parpol dan pemilu, sekaligus memunculkan harapan akan efikasi kemanjurannya," katanya.

Karim mengatakan harapan perbaikan setelah pemilu akan terwujud jika figur yang mengikuti kontestasi punya kemampuan dan pengalaman mewujudkan menghadirkan birokrasi yang sehat dan bekerja.

"Dan sebaliknya, jika yang maju hanya mereka yang punya modal kepartaian, namun minim kemampuan dan pengalaman, apalagi jika mengandalkan silsilah dan golongan darah akan menjadi kabar buruk bagi masa depan demokrasi dan pembangunan," kata dia.*

Baca juga: Ridwan Kamil targetkan 40 juta wisatawan ke Jabar pada 2022

Baca juga: Ridwan Kamil berharap jaksa upaya hukum maksimal atas Herry Wirawan

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
COPYRIGHT © ANTARA 2022