Solo (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, mengatakan, kasus Muhammad Nazaruddin yang terlibat suap wisma atlet SEA Games, ibaratkan "simpul" yang harus dibuka sehingga semuanya menjadi jelas.

"Karena, hal itu momentum untuk memberantas kasus korupsi di Tanah Air," kata Din Syamsudin usai pembukaan Kantor Cabang Bank Syariah Bukopin Surakarta di Solo," Kamis.

Menurut dia, kalau melihat kasus Nazaruddin sungguh menyedihkan, dan hal ini mengindikasikan bahwa korupsi di Tanah Air masih merajalela.

Bahkan, kata dia, korupsi sudah menggurita tidak hanya di eksekutif, tetapi juga di legislatif seperti yang diakui atau dituduhkan oleh Nazaruddin beberapa waktu lalu.

"Namun, kasus korupsi juga terjadi di yudikatif, seperti kita menyaksikan pengadilan dan kejaksaan banyak yang terlibat," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, diperlukan keseriusan dari pemerintah termasuk aparat penegak hukum khususnya KPK agar kasus Nazaruddin yang sudah tertangkap ini, jangan menguap atau dipetieskan.

"Hal ini, seperti kasus Gayus, Bank Century maha skandal yang harus diselesaikan dan sempat menyita perhatian publik kini nyaris hilang," katanya.

Din Syamsuddin mengusulkan penyidikan dan penyelidikan kasus Nazaruddin tersebut harus terbuka transparan dan bisa diikuti oleh rakyat.

Selain itu, pemerintah melalui aparat keamanan juga harus menjamin keamanan atau keselamatan Nazaruddin. Jika sampai terjadi apa-apa terhadap Nazaruddin ini akan menjadi skandal nasional.

"Nazaruddin harus diselamatkan jangan sampai terjadi apa-apa seperti yang dikhawatirkan banyak orang," katanya.

Din Syamsudin juga berharap agar Nazaruddin membuka sejelas-jelasnya, tidak hanya satu hingga dua orang, tetapi sabanyak nama yang terlibat kasusnya.

"Saya sempat curiga pertama pelariannya, dia menyebut banyak nama, tetapi sekarang dia hanya menyebut satu nama saja," katanya.

Oleh karena itu, Nazaruddin harus jujur memberikan keterangan siapapun yang tersangkut kasus tersebut. Jangan ada intervensi dari pihak lain atas penanganan Nazaruddin. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011