Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengajak para jurnalis dan media untuk serius dan turut andil dalam menurunkan angka prevalensi stunting (kekerdilan).

“Mau tidak mau, kekerdilan perlu ada perubahan mindset. Oleh karena itu, peran media penting sekali dalam melakukan serangan melalui udara (penyebaran informasi),” kata Hasto saat ditemui ANTARA di Jakarta, Selasa.

Hasto menuturkan saat ini BKKBN terus melakukan konvergensi dengan kementerian atau lembaga terkait serta meningkatkan layanan Keluarga Berencana (KB) melalui Program Bangga Kencana di setiap Posyandu dan rumah sakit. Bahkan, pihaknya telah membentuk kesekretariatan kekerdilan  juga media center yang menaungi para jurnalis.

Baca juga: Pentingnya rencanakan kehamilan untuk cegah stunting

Walaupun demikian, segala macam upaya pemerintah tidak dapat optimal, karena kendala utama dalam menurunkan prevalensi angka kekerdilan  dan  menaikkan minat pada penggunaan alat kontrasepsi adalah pola pikir masyarakat yang masih mempercayai mitos yang diturunkan secara turun-menurun.

Oleh sebab itu, Hasto meminta agar semua media ikut serta dalam membuat, mengolah dan menyebarkan berbagai informasi yang mudah dicerna dan dipahami oleh masyarakat hingga menyentuh sasaran terbawah.

“Bila pemahaman tentang kekerdilan berubah dan bertambah baik, keluarga bisa memaknai kualitas keluarga yang bebas dari kekerdilan melalui pengetahuan yang diterima dari media maupun dari kami,” ucapnya.

Sebab, dia merasa pengetahuan yang disebarkan oleh media memiliki dampak yang sangat luas, tidak mengenal batas dan dampak yang ditimbulkan dapat berjalan secara terus menerus.

Penyebaran pengetahuan terkait kekerdilan, kata dia, dapat disampaikan tidak hanya dalam bentuk informasi atau berita saja. Media bisa mengangkat tema pengetahuan menarik mengenai makanan gizi seimbang, cara mencegah sebuah penyakit yang dapat terjadi secara berulang dan menggaungkan kesehatan reproduksi agar semua keluarga selalu sehat dan terhindar dari penyakit.

Baca juga: BKKBN-Kemendikbudristek jalin kerja sama atasi stunting

Baca juga: Enam provinsi capai angka stunting lebih 30 persen pada 2022


“Saya berharap pada media untuk memberikan dukungan 'serangan udaranya'. Saya berharap betul media membuat tema-tema yang secara terus menerus diunggah, tetapi mudah dicerna oleh masyarakat,” kata Hasto.

Sebelumnya, Hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) melaporkan bahwa selama tahun 2021 telah terjadi penurunan prevalensi angka kekerdilan di Indonesia, yaitu dari 27,67 persen pada tahun 2019 turun menjadi 24,40 di tahun 2021.

Meskipun mengalami penurunan, pemerintah terus gencar melakukan berbagai intervensi, baik bersifat spesifik maupun sensitif. Hal itu dilakukan untuk mencapai target 14 persen pada tahun 2024, serta menjaga putra-putri bangsa agar menjadi generasi unggul di masa depan dan terbebas dari berbagai penyakit.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2022