Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan tingkat pengangguran terbuka dan jumlah penduduk miskin terus menurun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat.

Pernyataan itu disampaikan Presiden dalam pidato penyampaian RUU RAPBN 2012 beserta nota keuangannya di depan rapat paripurna DPR RI di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, momentum pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat telah makin memperluas lapangan kerja sehingga tingkat pengangguran terbuka dapat diturunkan, dari 8,1 juta orang atau 6,8 persen pada awal tahun 2011 menjadi 6,4 - 6,5 persen.

"Jumlah penduduk miskin juga berkurang, menjadi 30 juta orang atau 12,5 persen. Upaya ini harus terus kita tingkatkan agar tahun depan, jumlah penduduk miskin terus berkurang menjadi sekitar 10,5 - 11,5 persen," katanya.

Berkaitan dengan itu, lanjutnya, pemerintah menempuh langkah-langkah terobosan yang sejak Desember tahun lalu telah mengajak semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, kalangan dunia usaha, hingga BUMN untuk bersama-sama terlibat aktif dalam mempercepat dan memperluas perekonomian nasional.

"Upaya ke arah percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi itu, kemudian kita tuangkan ke dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia, atau MP3EI. Kebijakan baru ini adalah langkah terobosan strategis, untuk melengkapi strategi pembangunan yang bersifat sektoral dan regional, yang kita jalankan selama ini," katanya.

Dalam rancang bangun MP3EI itu, lanjutnya, digunakan tiga strategi besar, yaitu pertama, mengembangkan enam koridor ekonomi Indonesia, yang meliputi: koridor Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, dan koridor Papua-Maluku; kedua, memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara internasional; dan ketiga, mempercepat kemampuan SDM dan IPTEK, untuk mendukung pengembangan program utama, dengan meningkatkan nilai tambah di setiap koridor ekonomi.

Pengembangan keenam koridor ekonomi itu diharapkan mampu menjadi mesin penggerak pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, sekaligus mendorong pemerataan pembangunan wilayah, dan untuk memantau secara intensif pelaksanaan MP3EI, Pemerintah telah membentuk Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI).

Sementara itu, pendanaan kegiatan MP3EI kita lakukan melalui keterpaduan pendanaan dari APBN, APBD, BUMN, serta pihak swasta dan masyarakat. Pelaksanaan MP3EI ini semaksimal mungkin memberikan peran yang besar kepada pelaku usaha domestik dan sumberdaya dalam negeri.

"Sejalan dengan itu, saya berharap agar anggaran yang tersebar di berbagai kementerian dan lembaga, benar-benar dapat kita arahkan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan MP3EI. Demikian pula, BUMN kita harapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama dalam pelaksanaan MP3EI; bukan hanya komitmen, tetapi harus menjadi investasi nyata. MP3EI menuntut kerja keras dan meninggalkan pola pikir `business as usual`," katanya.

Presiden Yudhoyono dalam kesempatan itu mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi pada RAPBN 2012 sebesar 6,7 persen atau lebih besar dibanding asumsi pertumbuhan ekonomi pada APBN Perubahan 2011 sebesar 6,5 persen.

"Berdasarkan perkiraan perkembangan ekonomi global dan domestik, maka sasaran dan asumsi ekonomi makro, yang kita jadikan dasar Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2012, sekaligus sebagai dasar perhitungan besaran RAPBN tahun 2012 adalah pertumbuhan ekonomi 6,7 persen, laju inflasi 5,3 persen, suku bunga Surat Perbendaharaan Negara (SPN) 3 bulan 6,5 persen, nilai tukar rupiah Rp8.800 per dolar AS, harga minyak 90 dolar AS per barel dan lifting minyak 950.000 barel per hari," katanya.

Sementara asumsi pada APBN Perubahan 2011 adalah inflasi 5,7 persen, kurs Rp8.700 per dolar AS, harga minyak 95 dolar AS per barel dan lifting minyak 945 ribu barel per hari.
(T.D012)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011