Perserikatan Bangsa-Bangsa (ANTARA News) - Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa dan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Selasa menyerang langkah Israel untuk memperluas satu permukiman di Tepi Barat sebagai ancaman bagi usaha-usaha perdamaian.

Kutukan baru yang dilontarkan kelompok empat (Kuartet) itu atas Israel muncul di tengah-tengah usuha-usaha gencar oleh Tony Blair, utusan khusus kelompok itu, untuk mengajak pihak Palestina dan Israel kembali ke meja perundingan langsung, kata sejumlah diplomat, lapor AFP.

Israel pada Senin menyetujui pembangunan 227 rumah baru di Ariel, satu permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki. Dengan demikian jumlah rumah baru yang disetujui dua pekan terakhir bertambah jadi 2.700 unit.

Rencana perluasan itu telah mengundang tanggapan keras dari Otoritas Palestina yang telah meninggalkan perundingan langsung sejak Israel mengakhiri moratorium mengenai pembangunan permukiman pada September tahun lalu.

Israel telah menolak kritik internasional dengan menyatakan bahwa permukiman itu bukan halangan bagi pembicaraan langsung.

Kedua pihak memasuki konfrontasi diplomatik baru dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas menyiapkan langkah-langkah untuk mengupayakan keanggotaan penuh di PBB pada Sidang Umum PBB September.

Israel mengatakan ini suatu ancaman bagi proses perdamaian dan Amerika Serikat diperkirakan akan memveto usaha Palestina itu.

"Kuartet menegaskan kembali bahwa aksi sepihak oleh siapapun tidak dapat menghukum sebelum memeriksa hasil negosiasi dan tidak akan diakui oleh masyarakat internasional," demikian bunyi pernyataan tersebut.

"Yerusalem khususnya adalah salah satu isu inti yang harus diselesaikan melalui negosiasi antara para pihak, yang menggarisbawahi perlunya segera bagi para pihak memulai pembicaraan serius dan substantif," kata kelompok itu.

Kuartet itu sendiri terpecah dalam beberapa bulan terakhir karena perbedaan pandangan bagaimana mengakhiri konflik itu yang sudah diupayakan bertahun-tahun untuk dicarikan solusinya.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Ketua kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei lavrov mengadakan pertemuan di Washington bulan lalu dan bahkan tidak dapat menyetujui satu pernyataan tentang soal itu.

Negara-negara Eropa menginginkan Kuartet menghambil peran lebih kuat dalam usaha-usaha mengajak pihak Palestina dan Israel kembali berunding. Amerika Serikat tidak mendukung langkah itu, kata para diplomat.

Mantan PM Inggris Tony Blair yang telah menjadi utusan khusus Kuartet sejak 2007, sedang menyiapkan satu komunike Kuartet yang ia harapkan dapat mengakhiri perbedaan antara kekuatan-kekuatan internasional dan mengupayakan pembicaraan dapat dimulai lagi sebelum Sidang Umum PBB.

"Usaha-usaha ini masih berjalan. Tony Blair berada di pusat kendali usaha yang mencoba menemukan kata-kata yang pas supaya semua sepakat," ujar seorang diplomat senior di PBB.

"Tuan Blair sudah buat kemajuan. Jika Anda bicara tentang kesuksesan -- belum," kata diplomat yag tak bersedia disebut namanya kepada wartawan. (M016/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011