Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional meluncurkan program Aku Siap Ekspor (ASE) 2.0 untuk mendorong produk furnitur dan gaya hidup.

“ASE tahap ke-1 disambut dengan antusias oleh eksportir. Oleh sebab itu, Kemendag meluncurkan program kedua dengan nama ASE 2.0. Cakupan program ini diperluas, bukan hanya produk dekorasi rumah, tetapi juga furnitur dan produk gaya hidup,” ujar Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.

ASE 2.0 merupakan kelanjutan dari program ASE tahap pertama namun dengan cakupan produk dan jangkauan pasar ekspor yang lebih luas.

Didi melanjutkan target pasar ASE 2.0 diperluas dengan merambah ke negara yang memiliki perjanjian dagang dengan Indonesia, baik secara regional maupun bilateral di antaranya Jepang, Australia, Swiss, Norwegia, Korea Selatan, Chili, Tiongkok, Mozambik, dan negara kawasan ASEAN.

“Diharapkan eksportir Indonesia lebih proaktif memanfaatkan preferensi penurunan tarif serta mendorong pengembangan ekspor ke negara-negara nontradisional,” tandasnya.

Dalam program ini, Kemendag kembali bekerja sama dengan instansi lain untuk memaksimalkan capaian.

Kerja sama dilakukan di antaranya dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI), Business and Export Development Organization (BEDO).

Program itu ditargetkan memberikan pendampingan kepada 50 pelaku usaha yang sebelumnya akan diseleksi secara ketat.

Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Made Marthini menyampaikan perusahaan yang telah lolos seleksi diwajibkan merangkul pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di luar Jawa dan Bali sebagai mitra pemasok atau UMKM asuh untuk menciptakan efek yang lebih besar.

"Pola kemitraan ini sangat ideal karena eksportir dan pelaku UMKM dapat saling membantu dan berkolaborasi,” ujar Made.

Lebih lanjut Made menjelaskan program ini didesain khusus bagi perusahaan yang telah memiliki kapasitas ekspor.

Program akan berlangsung selama satu tahun yang terdiri atas lokakarya baik daring maupun luring dengan praktek simulasi, tugas, temu bisnis, pendampingan privat, misi orientasi pasar lokal; serta keikutsertaan pameran dalam dan luar negeri seperti Indonesia International Furniture Expo (IFEX), Trade Expo Indonesia (TEI), atau pameran internasional lainnya.

“Pelaku usaha akan mendapat pengetahuan untuk mengekspor produknya dari para tenaga ahli yang terlibat dan dapat meningkatkan omzet senilai 50.000 dolar AS atau senilai 2,5 juta dolar AS untuk 50 UKM setelah mengikuti program ini,” kata Made.

Baca juga: Funiture Indonesia tembus pasar Eropa
Baca juga: HIMKI: UKM mebel dan kerajinan harus tembus pasar ekspor
Baca juga: Ekspor mebel dan kerajinan melonjak 35,41 persen di tengah pandemi


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2022