New York (ANTARA News) - Pemerintah dan masyarakat Indonesia sebaiknya menolak penerbitan majalah Playboy agar tidak makin terjebak dalam budaya pornografi yang bisa merusak moral bangsa. "Majalah ini tidak saja bertentangan dengan nilai-nilai agama, semua agama, tapi juga dengan norma-norma ke-Indonesiaan," kata seorang tokoh Muslim di AS, Syamsi Ali yang juga Imam pada Islamic Center of New York, Kamis. Menurut dia, apapun bentuk kemasannya untuk versi Indonesia nantinya, majalah Playboy selama ini sudah dikenal sebagai majalah yang menyebarkan pornografi. "Dampaknya sangat besar. Jika penerbitan majalah ini dibenarkan, jangan heran jika suatu ketika akan diloloskan juga TV playboy, dan semacamnya," kata ulama asal Sulsel yang kini aktif dalam kegiatan dakwah di Amerika Serikat. Untuk itu, tambahnya, harus ada "political will" dari semua pihak di Indonesia, termasuk dari pengambil kebijakan dan pemimpin umat, dengan melakukan langkah-langkah nyata memerangi semua hal yang dapat menjatuhkan bangsa ke dalam amoralitas. "Tapi dalam upaya mencegah budaya pornografi itu jangan hanya terfokus dengan majalah Playboy. Intinya bukan sebuah majalah, adalah substansi dari majalah tersebut," katanya. Amerika Serikat sendiri, menurut Syamsi, sudah terjatuh ke dalam perangkap pornoisme yang mengancam eksistensinya. "Amerika secara ekonomi, militer, politik adalah negara super power. Tapi bagaimana dengan sendi-sendi kehidupan lainnya. Bagaimana dengan tatanan rumah tangga yang porak poranda. Semua itu adalah konsekuensi nyata dari paham pornoisme yang telah diterima sebagai bagian dari budaya," ujarnya. Di Amerika Serikat, Playboy merupakan salah satu dari puluhan majalah untuk pria dewasa yang beredar bebas di toko-toko buku dan kios-kios kecil. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006