New York (ANTARA) - Wall Street melonjak pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan Indeks Dow Jones mencatat kenaikan persentase harian terbesar sejak November 2020 karena pasar rebound untuk hari kedua dari aksi jual tajam menjelang invasi Rusia ke Ukraina.

Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 834,92 poin atau 2,51 persen, menjadi menetap di 34.058,75 poin, mencatat hari terbaiknya dalam lebih dari setahun. Indeks S&P 500 bertambah 95,95 poin atau 2,24 persen, menjadi 4.384,65 poin. Indeks Komposit Nasdaq menguat 221,03 poin atau 1,64 persen, menjadi 13.694,62 poin.

Semua 11 sektor utama S&P 500 ditutup lebih tinggi, dengan sektor material dan keuangan masing-masing terangkat 3,58 persen dan 3,16 persen, memimpin kenaikan.

Untuk minggu ini, Indeks Dow Jones turun 0,1 persen, Indeks S&P 500 naik 0,8 persen dan Nasdaq menguat 1,1 persen.

Harga minyak turun di bawah 100 dolar AS per barel, meredakan beberapa kekhawatiran tentang biaya energi yang lebih tinggi, dengan Indeks S&P 500 dan Nasdaq juga membukukan keuntungan untuk minggu ini.

Rudal Rusia menghantam Kyiv dan keluarga-keluarga ketakutan di tempat penampungan pada Jumat (25/2/2022), sehari setelah Rusia melancarkan invasi tiga cabang ke Ukraina dalam serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Baca juga: Dolar jatuh, investor pantau sanksi terhadap Rusia dan data inflasi AS

Investor juga menilai berita bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada mitranya dari China Xi Jinping dalam panggilan telepon bahwa Rusia bersedia mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan Ukraina, menurut kementerian luar negeri China.

Beberapa ahli strategi mengatakan penjualan saham mungkin berlebihan. S&P 500 mengkonfirmasi awal pekan ini bahwa indeks dalam koreksi ketika berakhir turun lebih dari 10 persen dari rekor penutupan tertinggi 3 Januari.

"Ini benar-benar terasa lebih seperti kita benar-benar kehabisan sentimen dalam koreksi ini," kata Kepala Strategi Investasi The Leuthold Group, Jim Paulsen, di Minneapolis, mencatat bahwa fundamental ekonomi dan kesehatan perusahaan tetap menguntungkan.

Barat pada Kamis (24/2/2022) meluncurkan sanksi baru terhadap Rusia, sementara Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan pada Jumat (25/2/2022) bahwa aliansi itu mengerahkan bagian dari pasukan respon siap tempur dan akan terus mengirim senjata ke Ukraina.

"Secara umum, sanksi akan berdampak buruk," tetapi investor tampaknya lega karena Washington menolak gagasan untuk berperang dengan Rusia, kata Kepala Strategi Pasar Global Invesco, Kristina Hooper.

Dia mengatakan volatilitas akan tetap tinggi dalam beberapa hari mendatang karena peristiwa di Ukraina mendikte pergerakan pasar, tetapi fokus itu pada akhirnya akan kembali ke Federal Reserve dan prospek suku bunga.

Baca juga: Harga emas anjlok 38,7 dolar, berada di bawah level 1.900 dolar

Beberapa ahli strategi mencatat sanksi yang diumumkan Kamis (24/2/2022) menargetkan bank-bank Rusia tetapi sebagian besar sektor energinya tidak tersentuh.

Sektor perawatan kesehatan memberi S&P 500 dorongan terbesarnya.

Saham Johnson & Johnson melonjak 5,0 persen setelah hakim AS memutuskan bahwa anak perusahaan pembuat obat itu dapat tetap bangkrut, mencegah penggugat mengejar 38.000 tuntutan hukum terhadap perusahaan yang menuduh bedak bayi dan produk bedak lainnya menyebabkan kanker.

Indeks Volatilitas Cboe, pengukur ketakutan Wall Street, berakhir turun di 27,59.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 12,47 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 12,1 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Harga minyak turun setelah melonjak, dibayangi invasi Rusia ke Ukraina

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2022