"Artinya, ini sebuah peluang bagi UMKM untuk meningkatkan kualitas produknya. Jadi, tradisi ini memiliki potensi ekonomi yang besar," katanya saat menyaksikan tradisi pacu kuda di daerah tersebut sebagaimana dalam keterangan pers, Jakarta, Sabtu.
Menurut Menkop, tradisi seperti ini penting untuk dipelihara dan dikembangkan karena meningkatkan minat pariwisata serta peluang bagi pemasaran produk UMKM khas Takengon (ibukota kabupaten Aceh Tengah).
Tradisi pacuan kuda disebut sudah ada sejak zaman kolonial Belanda yang diselenggarakan pasca panen hasil pertanian.
Saat ini, ajang pacuan kuda tersebut diadakan dua kali setiap tahun, yakni pada Februari dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Takengon dan pada Agustus untuk menyambut HUT kemerdekaan Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar menyatakan pacuan kuda telah menjadi media penghubung antara jejak zaman masa lalu dengan generasi masa kini.
“Para leluhur telah mempertahankan seni berkuda sampai masa kini. Sekarang kewajiban bagi kita untuk terus mempertahankan dan melestarikan tradisi budaya pacuan kuda,” ucapnya.
Dia juga menyampaikan pesan agar seluruh komponen dapat berpartisipasi dengan baik dalam rangka melancarkan ajang pacuan kuda dengan sukses.
“Dalam keadaan pandemi (COVID-19) seperti saat sekarang ini, saya berharap kepada kita semua untuk menjaga protokol kesehatan dengan ketat agar selalu dalam keadaan sehat,” ucap Bupati.
Baca juga: 371 kuda pacu ramaikan lomba pacuan kuda, warga diimbau tak berjudi
Baca juga: Upaya Dataran Tinggi di Aceh Gaet Wisatawan Lewat Pacuan Kuda
Baca juga: Aceh Tengah usulkan pembangunan arena pacuan kuda standar nasional
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Ahmad Buchori
COPYRIGHT © ANTARA 2022