Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid mengatakan, Hari Raya Idul Fitri 1432 Hijriah jangan hanya dijadikan acara seremonial saja untuk saling memaafkan, namun harus dijadikan sebagai momentum para pemimpin untuk introspeksi diri.

"Para pemimpin harus memperbaiki dan introspeksi diri, sehingga menjadi pemimpin yang kembali kepada fitrahnya, yakni pemimpin yang amanah yang melayani masyarakat dengan baik," kata Nur Wahid di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, makna dari Idul Fitri adalah fitrah (kesucian), sehingga harus bersih dari segala bentuk keburukan dan dosa yang pernah diperbuat.

"Kita harus jauhkan diri dari perbuatan yang negatif, dimana saat ini kasus korupsi merajalela di Indonesia," ucapnya, menegaskan.

Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu juga menyebutkan, para pemimpin juga harus melakukan rekonsiliasi dengan para pemimpin yang lain, sehingga dapat membangun Indonesia lebih baik lagi.

"Kalau ada kesalahan yang telah lalu, maka kita harus saling memaafkan," tuturnya.

Ketika ditanya, apakah Idul Fitri atau Lebaran juga menjadi momentum untuk memperbaiki hubungan antara mantan Presiden Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang kurang harmonis, kata dia, makna Idul Fitri tidak hanya menyangkut beberapa orang saja, tetapi seluruh umat Islam.

"Kalau hanya beberapa orang saja maka akan menjadi kontraproduktif," paparnya.

Secara sepintas Nur Wahid juga menggambarkan model kepemimpinan Nabi Muhammad SAW saat menjadi pemimpin negara, dimana pemimpin merupakan seorang pengembala yang melayani masyarakatnya dengan baik.

"Semua umat beragama yang ada saat itu dilindungi. Mereka pun bisa hidup damai," ujarnya.

(T.S037/C004)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011