Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan stok utang luar negeri sampai Desember 2005 mencapai 61,04 miliar dolar AS dan terbesar berasal dari pinjaman dalam yen Jepang. Jenis pinjaman stok utang luar negeri tersebut, lanjut Menkeu dalam paparannya di depan Raker dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin, terdiri dari pinjaman bilateral 51 persen, obligasi 0,3 persen, pinjaman komersial 0,1 persen, pinjaman ekspor 19,4 persen, pembiayaan 0,2 persen dan multilateral 29 persen. Menurut mata uang, pinjaman yen Jepang mencapai 43,4 persen, dalam dolar AS 29 persen, euro 15,2 persen, dolar Singapura 2,1 persen, poundsterling 2,1 persen, dan pinjaman dalam mata uang lainnya 8,2 persen. Sedangkan menurut tingkat bunga, dari total hutang, terdiri dari bunga tetap 68,8 persen, LIBOR 18,1 persen, URIBOR 0,8 persen, Japan Prime Rate 0,6 persen, ADB Floating Rate 6,3 persen, Cost of ADB Borrowing 3,8 persen, US Prime Rate 0,2 persen dan bunga lainnya 1,3 persen. Menkeu menambahkan Pemerintah akan mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri yang tercermin dari realisasi pinjaman dalam Repelita VI tahun 1995-1999 sebesar 29 miliar dolar AS lalu menurun pada periode 1999-2003 menjadi sekitar 26 miliar dolar AS. Pada tahun 2005, ia menambahkan realisasi pinjaman luar negeri hanya sebesar 2,2 miliar dolar AS dari yang direncanakan sebesar 3,6 miliar dolar AS. Sedangkan pada tahun 2006, rencana penarikan pinjaman luar negeri ditetapkan sebesar 3,5 miliar dolar AS yang terdiri dari pinjaman program 1 miliar dolar AS, pinjaman proyek 2,5 miliar dolar AS. Sementara rasio hutang luar negeri terhadap PDB juga menurun dari 42,2 persen pada tahun 2000 menjadi 22,7 persen pada 2005. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006