Samarinda (ANTARA) - Akademisi Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur, menilai musim pancaroba dapat mendorong kenaikan angka kasus konfirmasi positif terinfeksi COVID-19.

Kepala Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unmul Kaltim dr Yadi menjelaskan perubahan cuaca panas ke hujan atau dari panas ke dingin bisa menyebabkan kondisi tubuh seseorang kurang prima sehingga akan mudah tertular virus termasuk virus corona.

“Kondisi alam seperti cuaca dan iklim memang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, termasuk aspek kesehatan. Penyebaran COVID-19 sedikit banyak akan dipengaruhi oleh kondisi ini. Jadi, masyarakat harus tetap waspada dengan cuaca yang terjadi saat ini dari cuaca panas ke dingin atau hujan,” ucap dr Yadi di Samarinda, Rabu (2/3).

Baca juga: Akademisi: Masyarakat harus dukung program memperkuat mitigasi bencana

Menurut Yadi, dengan kondisi cuaca yang tidak menentu ini diharapkan masyarakat menjaga protokol kesehatan yang ketat, seperti menggunakan masker dan tetap menjaga jarak untuk meminimalkan penularan virus.

Apalagi, lanjutnya, varian baru COVID-19 yang menyebar saat ini (varian Omicron) lebih cepat menular dari pada Delta.

Karena itu, diperkirakan kondisi cuaca saat ini sangat mempengaruhi penyebaran dan penularan virus.

Baca juga: Akademisi: Perencanaan pembangunan harus dilengkapi kajian bencana

Baca juga: Pakar: 3T dan vaksinasi terus ditingkatkan setelah dua tahun pandemi


“Selain tetap menjaga protokol kesehatan, kita juga harus menjaga imunitas atau daya tahan tubuh. Misal, konsumsi makanan bergizi dan kalau diperlukan minum vitamin, serta tetap melakukan olah raga yang cukup setiap hari. Dengan begitu kondisi tubuh yang sehat mampu melawan virus yang akan masuk ke dalam tubuh,” jelasnya.

Artinya, pencegahan ini penting dilakukan masyarakat guna menjaga agar penyebaran dan penularan tidak terjadi berkepanjangan, bahkan hilang pada saatnya nanti.

“Olahraga yang teratur juga menjadikan tubuh lebih segar, dan bisa meredam virus yang akan masuk ke tubuh manusia,” jelas dr Yadi.

Baca juga: Akademisi: Transformasi kesehatan jadi kunci hadapi pandemi masa depan

Baca juga: Pakar: Pengendalian komorbid dan vaksinasi penentu akhiri pandemi





 

Pewarta: Arumanto
Editor: Agus Salim
COPYRIGHT © ANTARA 2022