Jakarta (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta seluruh umat Islam di Tanah Air agar bersikap saling menghormati, bertoleransi dan legowo dalam menghadapi perbedaan Idul Fitri 1432 Hijriyah. Ini dikarenakan ada kemungkinan perbedaan penetapan hari raya besar itu pada tahun ini.

"Umat Islam sudah biasa dengan perbedaan, jadi dalam menghadapi perbedaan ini pun kita harus bersikap saling menghormati, bertoleransi dan legowo," kata Ketua MUI, KH Ma'ruf Amin, di Jakarta, Minggu.

Soal perbedaan ini, lanjut dia, disebabkan perbedaan sistem penetapan, yakni ada yang menggunakan kriteria wujudul hilal dengan cara perhitungan (hisab) dan ada yang menggunakan imkan rukyat yakni selain hisab, tetap harus dilakukan rukyatul hilal (melihat bulan).

Menurut Muhammadiyah, lanjut dia, penentuan 1 Syawal cukup dengan hisab wujudul hilal yang sejak jauh hari hasilnya sudah diketahui pada 30 Agustus, tapi bagi umat yang lain selain hisab, hilal (bulan sabit) juga harus bisa di-rukyat.

"Tapi karena ketinggian hilal sangat rendah pada 29 Ramadhan atau 29 Agustus, maka kemungkinan besar rukyat pada 29 Agustus ini akan gagal melihat hilal, sehingga Ramadhan digenapkan 30 hari dan diprakirakan Idul Fitri jatuh pada 31 Agustus," katanya.

Pemerintah, lanjut Amin, akan menetapkan Idul Fitri melalui Sidang Itsbat yang diikuti seluruh pimpinan ormas Islam, sehingga baru akan menetapkan Idul Fitri pada 29 Agustus yang sangat dimungkinkan jatuh pada 31 Agustus.

Dua kriteria yang berbeda tersebut menurut dia, tidak pernah bisa bertemu, kecuali ada teleskop yang mampu me-rukyat hilal sampai ketinggian 0,5 derajat.

"Dengan demikian umat Islam yang menggunakan kriteria bahwa hilal harus bisa dilihat akan menetapkan persis sama dengan umat Islam yang menggunakan kriteria wujudul hilal," katanya.

Namun demikian, ujarnya, sampai saat ini belum ada teleskop yang bisa secanggih itu di Indonesia. (D009)



Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2011