Jakarta (ANTARA News) -  Tim kemanusiaan Indonesia ACTion Team for Somalia segera memasuki Mogadishu, ibu kota Somalia, Selasa (30/8/2011), tepat saat mayoritas muslimin sedunia merayakan lebaran. Di sini, tim akan melanjutkan aksi kemanusiaan membantu warga Somalia yang didera bencana kelaparan.

Hingga Senin (29/8/2011), tim masih membantu para pengungsi Somalia di perbatasan Kenya-Somalia, tepatnya di kamp Dagahaley, Dadaab, Kenya.

“Kami menangani pengungsi yang tidak diregistrasi UNHCR. UN sendiri fokus terutama di kamp Ifo,” jelas Imam Akbari, Leader Indonesia ACTion Team for Somalia dalam siaran persnya di Jakarta, Senin.

Indonesia ACTion Team for Somalia adalah tim kemanusiaan yang diberangkatkan oleh Komite Indonesia untuk Solidaritas Somalia (KISS). KISS digagas Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan dideklarasikan Jumat (19/8/2011) di Masjid Agung Al Azhar, Jakarta sebagai respons Indonesia atas bencana kelaparan di Somalia.

Tim ini beranggotakan empat orang, termasuk dua orang dokter dan relawan logistik. Di Kenya dan Somalia, tim dibantu oleh relawan lokal dan bermitra dengan lembaga-lembaga kemanusiaan setempat.

Imam menjelaskan, timnya saat ini bermarkas di Garissa, ibukota provinsi North Eastern, Kenya. Kamp Dadaab yang berada di provinsi ini menampung tak kurang 400.000 jiwa rakyat Somalia yang mengungsi akibat bencana kelaparan dahsyat di negeri mereka. Di Dadaab mereka tersebar dalam tiga kamp pengungsi, yaitu kamp Dagahaley, Ifo dan Hagadera.

“Di Dagahaley, tim melakukan aksi kemanusiaan berupa pengobatan gratis dan pemberian paket pangan bagi para pengungsi Somalia,” tambah Imam.

Di Dagahaley saja, tim sudah menyalurkan dana bantuan masyarakat Indonesia untuk Somalia sebesar USD 20.000. “Dana tersebut kami belanjakan bahan pangan dan obat-obatan untuk 500 KK,” lapor imam.

Imam menambahkan, kondisi pengungsi Somalia di kamp Dagahaley sangat memprihatinkan. Cuaca yang sangat terik akibat kemarau panjang menyebabkan sumber air sangat sulit didapat. Para pengungsi berteduh di rumah-rumahan yang terbuat dari kardus, plastik, terpal, jerami, dan ranting. Kondisi sanitasi pun hanya ala kadarnya.

Imam menjelaskan, penyakit yang banyak menyerang para pengungsi di kamp antara lain ISPA, diare, kolera, malaria, dan penyakit kulit.

“Dalam kondisi debu yang sangat luar biasa, mereka tanpa masker. Lalat begitu banyak mengerubungi tubuh mereka dan mereka tampaknya sudah tak peduli lagi dengan situasi tersebut,” tutur Imam. 
(B010)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2011