Jakarta (ANTARA News) - Menteri Pertanian Anto Apriantono mengatakan, efektivitas pelaksanaan operasi pasar (OP) dan impor beras akan segera dievaluasi. "Dalam satu pekan tim koordinasi akan bekerja," katanya usai rapat koordinasi mengenai perberasan di Kantor Menko Perekonomian, di Jakarta, Senin. Menurut dia, jika dua instrumen tersebut dianggap tidak mampu menangani masalah distribusi dan harga beras maka harus dicari penyebabnya. Saat ini, lanjut dia, harga beras masih tinggi tapi harga gabah menurun. "Saya telah meminta para ahli untuk meneliti fenomena ini, panen sudah mulai kenapa harga masih tinggi. Ini bukan semata-mata masalah supply and demand," kata Anton. Ia menegaskan OP beras harus dilakukan jika harga beras masih melambung. Dalam rapat tersebut, kata Anton, dibahas masalah menyelamatkan panen serta mempersiapkan musim tanam. Beberapa langkah yang akan dilakukan pemerintah antara lain mengefektifkan pembelian beras oleh Bulog dan LUEP (Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan) dan peningkatan kualitas gabah petani agar bisa terserap oleh Bulog sesuai target yang ditetapkan sekitar 2,1 juta ton beras 2006. Ia menegaskan musim hujan dan terjadinya banjir di beberapa wilayah penghasil beras tidak akan mempengaruhi produksi beras nasional. "Musim hujan tidak merata dan tidak terjadi setiap hari. Tapi kan ada mesin pengering," katanya. Ia mengatakan hingga April 2006 produksi beras dalam negeri akan mencapai 15 juta ton beras. Anton menjelaskan, pada musim tanam 2005-2006 ini total yang terkena banjir adalah 199.795 hektare sedangkan yang gagal panen (puso) mencapai 25.340 hektar dari total lahan persawahan yang mencapai 4,6 juta hektar. "Sebelumnya pada 2004 lebih luas lagi yang terkena banjir yaitu 224.225 hektar sedangkan yang mengalami puso 71.048 hektar. Tahun ini hanya 0,62 persennya saja dari seluruh lahan sawah kita, jadi masih lebih kecil dibanding puso selama lima tahun terakhir," katanya.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006