Jakarta (ANTARA) - Pakar komunikasi yang CEO Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication Dr Firsan Nova mengatakan hypnowriting atau metode penulisan yang menghipnotis sangat diperlukan untuk dapat mempengaruhi khalayak pembaca.

“Seseorang dapat mengubah hidupnya ketika ia membaca sesuatu, mendengar cerita, dan mengalami atau melihat sesuatu. Dalam konteks komunikasi, penting untuk melakukan hypnowriting yang dapat mempengaruhi atau mendapatkan apa yang ingin disampaikan,” ujar Firsan dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat.

Pakar komunikasi dari Universitas Darma Persada itu menambahkan dalam menulis perlu memadukan “fear and hope”, yaitu mempengaruhi audiens dengan mengangkat rasa insecurity atau menawarkan harapan.

“Hal yang pertama kali disasar adalah melalui kesadaran, kemudian membangun ketertarikan, dilanjutkan dengan sisi afeksi atau perasaan di dalam hati dan kemudian mendorong audiens untuk melakukan sharing atau repost,” terang dia.

Hypnowriting menurut Firsan dapat dilakukan dengan mendesain narasi atau gambar yang segera direspon oleh bagian otak yang bersifat emosional (croc brain) dan juga memengaruhi neocortex atau bagian otak yang lebih rasional. Untuk mempengaruhi neocortex, perlu disajikan data-data empirik dan analisis yang komprehensif dengan referensi yang relevan. Namun untuk mempengaruhi bagian otak yang bersifat emosional, seringkali pilihan kata yang bombastis dan provokatif lebih merangsang audiens untuk merespon isu yang digulirkan.

“Penulis atau praktisi komunikasi harus memahami struktur audiens nya apakah lebih banyak croc brain atau neocortex. Hal ini penting untuk merencanakan strategi komunikasi ke depan,” jelas dia.

Ahli hypnowriting, Asep Herna, mengatakan penting bagi praktisi kehumasan untuk mengenal dan mengeksplorasi mental khalayak untuk dapat mempengaruhi untuk dapat melakukan aksi yang tinggi melalui dampak yang dibangun. Hal tersebut dimulai dengan metode-metode penting dalam menulis. Mulai dari pemilihan kata, bunyi, repetisi, metafora dan preposisi.

Menurut Asep, metode penulisan yang menyasar pikiran bawah sadar dapat mengubah pikiran khalayak agar dapat melakukan tindakan sesuai dengan pesan yang ditulis.

Asep mengatakan pikiran sadar manusia hanya sebesar 12 persen sedangkan sisanya 88 persen merupakan aspek pikiran bawah sadar.

“Hal ini perlu dipahami oleh praktisi komunikasi untuk mampu mempengaruhi atau menghipnotis khalayak, dengan memahami bagaimana sebenarnya target khalayaknya tersebut,” kata Asep.
Baca juga: Pakar: Antara menjadi kiblat konvergensi media di tengah virus hoaks
Baca juga: Pakar : komunikasi perlu menjadi kuliah pokok berbagai keilmuan
Baca juga: Pakar: ANTARA harus dapat menangkap peluang pasar

 

Pewarta: Indriani
Editor: Muhammad Yusuf
COPYRIGHT © ANTARA 2022