Tripoli (ANTARA News/AFP) - Pemberontak Libya hari Rabu menangkap Menteri Luar Negeri Abdelati al-Obeidi, seorang tokoh penting rejim Muammar Gaddafi, kata seorang komandan senior pemberontak.

"Ya, Abdelati al-Obeidi telah ditangkap," kata Mahdi al-Harati, wakil ketua dewan militer pemberontak, kepada wartawan di Tripoli tanpa penjelasan lebih lanjut.

"Kami mendengar ia ditangkap hari ini di dekat Janzur," sebuah daerah pinggiran sebelah barat Tripoli, kata Mohammed Elkish, seorang pejabat Humas untuk Dewan Transisi Nasional (NTC), kepada AFP.

Obeidi menjadi menteri luar negeri setelah pembelotan Mussa Kussa pada 31 Maret. Banyak pejabat tinggi meninggalkan rejim Gaddafi setelah demonstrasi yang meletus pada pertengahan Februari memuncak menjadi perang besar-besaran.

Sementara itu Seif al-Islam, putra Gaddafi yang melawan, mengatakan Rabu dalam pernyataan terekam di saluran berbahasa Arab Al-Rai yang berpusat di Damaskus bahwa ia masih berada di Tripoli dan perang melawan pemberontak akan terus berlangsung.

"Saya berbicara dengan anda dari sebuah daerah pinggiran Tripoli," katanya.

"Kami ingin meyakinkan rakyat Libya bahwa kami masih berada di sini. Perlawanan berlanjut dan kemenangan sudah dekat," kata putra Gaddafi itu.

Janji perang Seif al-Islam itu disampaikan ketika kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) sedang dalam proses memindahkan pemerintah mereka ke Tripoli dari markas sebelumnya di Benghazi, setelah mencapai kemenangan-kemenangan atas pasukan Gaddafi.

NTC, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, sejauh ini melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Muammar Gaddafi.

Negara-negara besar yang dipelopori AS, Prancis dan Inggris membantu mengucilkan Gaddafi dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.

Kelompok pemberontak kini telah memasuki Tripoli dan kejatuhan rejim Gaddafi di ambang pintu.

Negara-negara yang telah mengakui NTC sebagai perwakilan sah rakyat Libya antara lain Mesir, Chad, Turki, Uni Emirat Arab (UAE), Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Gambia, Italia, Yordania, Malta, Qatar, Senegal, Spanyol dan AS.

Selama beberapa bulan Libya di bawah Gaddafi digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret.

Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya.

Aliansi 28 negara itu sejak 31 Maret juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rejim Gaddafi.

Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara oleh pasukan Gaddafi, yang membuat marah Barat.

Selama beberapa waktu hampir seluruh wilayah negara Afrika utara itu terlepas dari kendali Gaddafi setelah pemberontakan rakyat meletus di kota pelabuhan Benghazi pada pertengahan Februari. Namun, pasukan Gaddafi kemudian sempat menguasai lagi daerah-daerah tersebut.

Ratusan orang tewas dalam penumpasan oleh pasukan pemerintah dan ribuan warga asing bergegas meninggalkan Libya pada pekan pertama pemberontakan itu.

Gaddafi (68) adalah pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa. Gaddafi bersikeras akan tetap berkuasa meski ia ditentang banyak pihak.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab, termasuk Libya, terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.

(Uu.M014)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011