Jakarta, (ANTARA News) - Dalam waktu 10 tahun terakhir area penyerapan air di daerah Jabotabek menyusut sekitar 50 persen sehingga sebagian besar air mengalir di atas permukaan tanah dan mengakibatkan banjir di musim hujan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Asisten Deputi Urusan Pengendalian Kerusakan Hutan/Lahan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Hermono Sigit di Jakarta, Senin (6/2). "Penyusutan sebanyak 50 persen itu tidak semata-mata pada jumlah tetapi juga pada luas area," katanya. Oleh karena berbagai hal, kata dia, luas area serapan air makin menyusut, misal Danau Sunter, bila dibandingkan sebelum tahun 90an boleh jadi luasnya telah menyusut. "Jadi masalahnya bukan hanya di jumlah tapi juga ukuran," ujarnya. Menurut dia, sepuluh tahun lalu di seluruh Jabotabek diperkirakan ada 21 situ (telaga). "Saat ini diperkirakan tidak lebih dari 15 dengan ukuran yang jauh lebih kecil," katanya. Sejumlah situ di Jakarta pada umumnya telah berubah menjadi pemukiman. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa salah satu penyebab banjir tahunan di Jakarta selain air pasang adalah retensi atau kemampuan situ menyerap air yang sudah terlampaui. "Situ yang ada sudah tidak mampu lagi menyerap air yang sangat berlebih," katanya. Kalau situ yang ada sudah tidak mampu lagi, kata dia, maka selama tidak dilakukan suatu penambahan situ, sisa air yang tidak terserap akan mengalir di atas permukaan tanah mengakibatkan banjir setiap curah hujan meningkat.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006