Jakarta (ANTARA News) - Rapat Paripurna DPR, Selasa, nyaris ricuh karena Pimpinan Sidang Soetardjo Soerjogoeritno terus membacakan surat-surat yang masuk ke DPR, sementara para anggota Dewan berteriak-teriak minta diberi kesempatan untuk interupsi. "Interupsi pimpinan...interupsi pimpinan," teriak beberapa anggota Dewan yang tak digubris Ketua Sidang. Sementara itu Wakil Ketua DPR dari FPDIP itu terus membacakan surat-surat mengenai usul inisiatif DPR dalam membuatan sejumlah UU. Karena teriakannya diabaikan Soetardjo, Anas Yahya dari FKB yang duduk di deretan kursi belakang segera maju menuju meja pimpinan. Anas menuding-nuding Soetardjo. Politisi gaek FPDIP itu tak mau kalah. "Duduk! Duduk!" teriak Soetardjo. Anas pun kembali ke kursinya. Teriakan anggota Dewan minta diberi kesempatan interupsi terus bergaung. Lalu Anas berteriak minta agar Ketua DPR Agung Laksono (yang tak hadir dalam rapat paripurna) untuk memetahui keputusan MA tentang keabsahan kepengurusan PKB hasil Muktamar Surabaya. "Kami akan memberi penjelasan soal itu di akhir rapat," kata Soetardjo menanggapi Anas. Sebelumnya, di awal rapat, sejumlah interupsi dilakukan Ario Bimo dari FPDIP yang meminta Pemerintah dan DPR ikut mengecam pemuatan karikatur Nabi Muhammad di media Denmark. "Kami akan minta Pemerintah berkirim surat pada Pemerintah Denmark" kata Soetardjo menanggapi Ario Bimo. Ade Nasution dalam interupsinya meminta solidaritas semua anggota DPR atas pemukulan dirinya oleh salah seorang anggota Pemuda Panca Marga yang menyebabkan jahitan di dahinya. "Mata saya hampir rusak. Jahitan di dahi saya tak masalah asal demokrasi berjalan," katanya. Ade mengajak semua anggota Dewan untuk perang melawan premanisme dan teror. "Waktu bicara di Metro TV saya diteror lagi," katanya. "Teror ini berusaha untuk membungkam saya," tambah Ade. Ade adalah anggota Komisi I DPR dari F Partai Bintang Reformasi yang suka mengungkap mafia pengadaan barang di lingkungan Mabes TNI.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006