Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menyatakan bahwa bangunan candi pada situs Srigading yang ada di Desa Srigading, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, memiliki ciri khas bangunan bergaya Jawa Tengah.

Arkeolog BPCB Jawa Timur Wicaksono Dwi Nugroho di Kabupaten Malang, Senin mengatakan bahwa hingga pelaksanaan ekskavasi tahap ketiga, bukti-bukti yang ditemukan pada situs tersebut memperkuat dugaan bahwa candi itu memiliki ciri khas bangunan gaya Jawa Tengah.

"Sampai di sini, dari tahap ketiga ini, semakin memperkuat bahwa candi di situs Srigading memang sesuai dengan hipotesis, bergaya Jawa Tengahan atau Mataram Kuno," kata Wicaksono.

Wicaksono menjelaskan, selama proses ekskavasi yang dilakukan sejak awal Februari 2022, temuan-temuan yang ada pada situs yang terletak di tengah perkebunan tebu itu memperkuat dugaan bahwa bangunan candi itu berasal dari era Mataram Kuno atau abad ke-10.

Baca juga: Sejumlah artefak ditemukan pada ekskavasi situs Srigading tahap tiga

Baca juga: Temuan dari situs Srigading disimpan di Museum Singhasari Malang


Menurutnya, bukti-bukti yang ditemukan berupa batu bata yang memiliki ukuran panjang 35-38 centimeter, lebar 22-25 centimeter dan ketebalan 10-12 centimeter, lebih besar dari ukuran batu bata yang ditemukan pada situs Trowulan yang dibangun pada era Majapahit.

"Ini memperkuat dugaan kita, bahwa batu bata pada situs Srigading berasal dari abad ke-10 Masehi. Berbeda dengan batu bata yang berasal dari era Majapahit," katanya.

Selain itu, lanjutnya, berdasarkan ciri khas arsitektur bangunan, candi pada situs Srigading memiliki profil pondasi persegi empat dengan ukuran 10x10 meter yang ditampakkan menonjol di sekeliling bangunan.

Di atas profil kaki bangunan tersebut, menurutnya, berbentuk half moon atau sisi genta yang menonjol dan merupakan penanda atau ciri khas dari bangunan bergaya Jawa Tengah atau era Mataram Kuno.

"Ada profil kaki yang berbentuk half moon atau sisi genta yang menandakan ini ciri dari gaya Jawa Tengahan atau Mataram Kuno," tambahnya.

Selain itu, hipotesis itu juga diperkuat dengan adanya temuan sejumlah arca seperti arca penjaga candi, Mahakala dan Nandiswara serta arca Agastya pada situs tersebut. Arca-arca tersebut, meskipun kondisinya rapuh, namun memiliki keunikan yakni berkilau jika terkena sinar.

"Data lain yang menunjukkan gaya Mataram Kuno, adalah relief. Fragmen relief yang kita temukan menggambarkan basrelief, tidak seperti gaya Jawa Timuran," ujarnya.

Saat ini tengah dilakukan ekskavasi tahap ketiga situs Srigading yang berfokus pada penggalian bagian "sumuran" atau tengah candi, melakukan pembersihan sisi utara candi, menampakkan halaman asli situs dan melakukan pendokumentasian candi termasuk hasil temuan.

Situs Srigading pada awalnya dikenal dengan sebutan Cegumuk oleh warga sekitar, yang berarti sebuah gundukan. Situs tersebut ditemukan kurang lebih pada tahun 1985 dengan yoni dan sejumlah arca yang berada di atas gundukan tersebut.

Baca juga: Ekskavasi lanjutan diperlukan untuk ketahui bentuk candi di Srigading

Baca juga: Arkeolog memperkirakan Situs Srigading dulu merupakan kompleks candi

 

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2022