Sumedang (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Moh Jumhur Hidayat menyatakan, pemerintah bersikap tegas terhadap negara-negara penempatan TKI.

"Malaysia bisa nggak meningkatkan perbaikan, `cicing wae` (diam saja), tanya lagi bisa nggak, tetap diam. Maka stop," kata Jumhur saat memberikan sambutan pada pagelaran wayang golek dengan dalang Asep Sunandar Sunarya di Kecamatan Situraja, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu.

Penghentian atau moratorium penempatan TKI penata laksana rumah tangga ke Malaysia sejak Juni 2009 dan adanya penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara pemerintah RI dan Malaysia di Bandung, Jawa Barat, pada akhir Maret 2011 diharapkan bisa memperbaiki Malaysia dalam memberikan pelayanan dan perlindungan TKI.

"Ke Arab Saudi juga kami tanya bisa nggak memperbaiki terhadap TKI, diam juga, tanya lagi, tetap diam. Maka stop juga," kata Jumhur disambut tepuk tangan ribuan penonton.

Moratorium atau penghentian sementara TKI ke Arab Saudi berlangsung sejak 1 Agustus 2011.

Selain terhadap Malaysia, pemerintah juga memberlakukan moratorium penempatan TKI penata laksana rumah tangga ke Kuwait, Jordania, dan Suriah.

Jumhur menegaskan pemerintah senantiasa meningkatkan perbaikan kualitas dan pelayanan penempatan serta perlindungan.

Ia menambahkan perbaikan itu juga dipengaruhi oleh pelayanan yang diberikan oleh negara penempatan TKI, baik oleh pemerintah, pengguna, agensi, atau pihak terkait lainnya.

"Kalau diam saja dan tidak bisa memperbaiki maka penempatan ke negara tersebut distop," ucapnya, menegaskan.

Jumhur menyatakan bahwa tugas BNP2TKI sangat berat karena melayani sekitar enam juta TKI dari 400 kabupaten/kota di 33 provinsi yang bekerja tersebar di 52 negara penempatan.

Ia menambahkan pemerintah mendorong peningkatan penempatan TKI sektor formal atau nonrumah tangga.

"Kami dorong TKI di bidang perhotelan, industri, manufaktur, perminyakan, kesehatan. Bukan pekerja rumah tangga," paparnya.

(T.B009/C004)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011