Mamuju (ANTARA News) - Puluhan kepala keluarga yang juga pedagang kaki lima korban penggusuran pasar regional Mamuju, Sulawes Barat, terpaksa memilih bermalam di masjid yang ada di wilayah itu.

Pemantauan Antara, Sabtu, malam, sebagian warga perantau yang selama ini mengadu nasib di Mamuju terpaksa memilih menginap di mesji yang ada di kompleks pasar regional setelah rumah mereka rata dengan tanah setelah digusur oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) setempat.

Terlihat, puluhan kepala keluarga bersama istri dan anak-anak mereka memanfaatkan teras masjid untuk dijadikan tempat menginap.

Selain memanfaatkan teras masjid, sebagian warga lainnya memilih membangun tenda darurat karena belum memiliki lokasi baru untuk membangun pondokan setelah rumah mereka dibongkar paksa oleh aparat satpol PP.

Mereka yang bermalam di masjid maupun yang membangun tenda darurat tersebut umumnya warga pendatang asal kota Makassar dan beberapa daerah lainnya.

"Untuk sementara kami terpaksa memilih bermalam di masjid karena tak tahu harus kemana. Kami masyarakat perantau asal kota Makassar datang mengadu nasib menjadi PKL di Mamuju sejak dua tahun terakhir,"tutur Arifuddin salah seorang korban penggusuran pasar regional ini.

Ia menyampaikan, pasca penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Mamuju, membuat dirinya dan keluarganya semakin terbebani dengan biaya ekonomi.

"Kami selaku PKL hanya memiliki modal pas-pasan sehingga tidak mungkin bisa bertahan apabila tempat usaha selama ini sudah tidak bisa dimanfaatkan," ungkapnya.

Hal senada dikatakan, Hasanuddin, salah seorang warga yang bermukim di lokasi pelataran pasar regional yang menjadi korban penggusuran, mengatakan, dirinya tak mampu berbuat banyak saat pemerintah melakukan penggusuran.

"Malam ini kami tidak tahu harus berbuat apa. Apalagi tempat usaha yang sekaligus dijadikan pondokan ini telah rata dengan tanah," jelasnya.

Dirinya kata dia, sama sekali tidak memiliki kerabat atau keluarga di Mamuju. Makanya, saat ini tak tahu harus kemana karena rumah ini telah rata dengan tanah.

Ia mengatakan, mestinya pemerintah memberikan rasa aman bagi warga tanpa harus melakukan penggusuran secara paksa.

"Kami tidak mungkin mampu mendapatkan lokasi baru dalam waktu hitungan hari. warga berharap, pemerintah memberikan solusi bagi PKL maupun masyarakat sehingga aktifitas menjual tidak terputus begitu saja,"pintanya. (ACO/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011