Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Ekonomi Anggito Abimanyu menilai rencana kebijakan Bank Indonesia yang mewajibkan agar dana hasil ekspor disimpan di bank dalam negeri belum dapat sepenuhnya berjalan efektif.

"Kita jangan sampai membatasi. Maksudnya, kita meminta mereka (para eksportir) masuk, tapi mereka mengalami kesulitan dalam melakukan transaksi valas di luar," kata Anggito ketika ditemui usai Rapat Dengar Pendapat Umum bersama Komisi XI di Gedung DPR.

Kebijakan tersebut, lanjut Anggito, akan berjalan efektif jika bank-bank lokal telah lebih dulu memperbaiki kinerjanya, khususnya dalam memulai ekspansi bisnis dengan cara membuka akses pelayanan perbankan di mancanegara.

Anggito juga menilai akses perbankan yang masih sangat minim oleh bank-bank di Indonesia.

"Pelayanan sejumlah bank di Indonesia masih sangat minim, padahal efektivitas dari kebijakan tersebut bisa dirasakan jika bank-bank di Indonesia mampu memberikan pelayanan di banyak negara," kata Anggito.

Menurut Anggito, para investor agak merasa enggan untuk menyimpan dana di bank-bank dalam negeri karena mereka takut nanti transaksinya hanya sebatas dalam negeri saja, tidak bisa menjangkau hingga ke luar negeri.

Bank Indonesia dikabarkan akan mengeluarkan aturan baru yang mewajibkan devisa hasil ekspor disimpan di bank dalam negeri. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat kondisi likuiditas valas dalam negeri sehingga tidak tergantung pasokan valas dari hot money, seperti dari Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN), dan saham. (SDP15)



Editor: Desy Saputra
COPYRIGHT © ANTARA 2011