Bogor (ANTARA News) - Direktur Pengendalian dan Pengejaran Badan Narkotika Nasional, Brigjen Benni Josua Mamoto mengatakan, perumahan elite sering menjadi sasaran empuk para pengedar narkoba di Indonesia.

"Perumahan elite dikenal dengan masyarakatnya yang kurang berinteraksi, karena sibuk bekerja sehingga tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Kondisi ini yang membuat para pengedar narkoba untuk memanfaatkan situasi seperti itu dalam menjalankan aksinya," kata Benni saat ditemui dalam pengungkapan kasus di Perumahan Sentul City Cluster Mediterania Golf I Jalan Pajajaran nomor 55, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Benni mengatakan, pertimbangan dijadikannya perumahan elite sebagai sarang narkoba ini karena aman, tidak dicurigai dan masyarakat sekitar yang kurang peduli dengan lingkungan sekitar.

Melihat karakteristik ini, Benni mengimbau masyarakat, RT, RW dan pihak keamanan untuk meningkatakan kepedulian terhadap lingkungan tempat tinggal.

"Masyarakat harus peduli. Pihak RT dan RW harus mendata penduduk baru. Jika dia tidak melapor, datangi dan tanyakan keperluannya tinggal. Begitu juga, petugas keamanan perlu meningkatkan pengawasan setiap melihat kegiatan sehari-hari masyarakat sekitar," katanya.

Menurut Benni, jika masyarakat sudah memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar, para pelaku tindak kejahatan tidak akan mendapatkan tempat di tengah masyarakat.

Selanjutnya, Benni mengatakan, pihaknya telah banyak melakukan pengungkapan kasus. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat kasus narkoba di masyarakat.

Berdasarkan data dari BNN, 5 persen masyarakat Indonesia telah teracuni oleh narkoba.

BNN telah melakukan upaya pencegahan dengan melindungi 95 persen penduduk Indonesia yang belum terjangkit.

Untuk melindunginya, kata Benni, perlu kerjasama semua pihak, baik itu pemerintah daerah, hingga masyarakat di lingkungan RT, RT, Kelurahan dan Kecamatan.

"Peran aktif keluarga sangat penting dalam mencegah anak atau saudara kita terhindar dari narkoba. Karena penyebaran narkoba ini berawal dari ajakan, bujuk rayu dan terjebak oleh pergaulan. Keluarga benteng utama," katanya.

Selanjutnya, kata Benni, jika 95 persen penduduk Indonesia telah kebal dari ajakan, rayuan dan godaan narkoba, maka upaya lainnya adalah memulihkan atau menyembuhkan 5 persen penderita penyalahgunaan narkoba tersebut.

Karena, menurut Benni, jika 5 persen tersebut telah sembuh, maka ini akan sangat berpengaruh pada pasar narkotika di Indonesia.

"Untuk saat ini di Indonesia pasar narkoba masih bagus, karena harga bagus, peminat bagus dan produksi aman, sehingga tingkat konsumsi narkoba juga menjadi tinggi," katanya.

Oleh karena itu, kata Benni, dengan peran serta masyarakat dapat membantu pemerintah dalam melakukan pencegahan penyalahgunaan narkotika.

Ditambahkannya, dengan adanya Peraturan Presiden nomor 25 tahun 2011, masyarakat memiliki kewajiban untuk turut mendukung pemerintah dalam upaya pencegahan narkotika.
(T.KR-LR/H-KWR)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011