Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah RI menerima pinjaman dari Bank Pembangunan Isaam (IDB-Islamic Development Bank) sebesar 150 juta dolar AS per tahun, demikian disampaikan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam rapat kerja dengan Komisi XI di Gedung DPR/MPR RI, Rabu malam. Pinjaman tersebut dikenakan bunga (istilah dalam IDB adalah mark up) sekitar lima sampai enam persen. Jumlah keseluruhan pinjaman dari IDB hingga 31 Desember 2005 mencapai 344 juta dolar AS untuk membiayai 43 proyek pemerintah atau swasta. Sedangkan jumlah pinjaman yang diperoleh dari Saudi Fund sejak 1976 hingga 31 Desember 2005, telah mencapai satu miliar dolar AS, kata Sri Mulyani. Ia menjelaskan dengan mark up lima sampai enam persen dan tingkat rata-rata persiapan proyek dapat diserap selama dua hingga tiga tahun, maka pinjaman dari IDB relatif lebih mahal jika dibanding dengan pinjaman lunak dari Jepang dengan tingkat bunga sekitar 1,3 persen hingga 1,5 persen dan rata-rata waktu persiapan sampai dengan penyerapan yang hanya satu sampai dua tahun. Hal tersebut, katanya, telah sesuai dengan strategi dasar pertimbangan penerimaan pinjaman luar negeri, yaitu tingkat kemahalan dari pinjaman serta kinerja persiapan penyerapan sehingga jumlah pinjaman dari Jepang lebih besar dibanding jumlah pinjaman dari negara-negara Arab (Timteng). Pinjaman dari Jepang hingga saat ini telah mencapai sekitar 50 persen dari total utang luar negeri Indonesia. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006