Sydney (ANTARA) - Sebagian besar pasar saham Asia menguat dan minyak turun pada Senin sore, di tengah harapan kemajuan dalam pembicaraan damai Rusia-Ukraina bahkan ketika pertempuran terus berkecamuk, sementara pasar obligasi bersiap untuk kenaikan suku bunga di Amerika Serikat dan Inggris minggu ini.

Sementara rudal Rusia menghantam pangkalan militer besar Ukraina di dekat perbatasan dengan Polandia pada Minggu (13/3/2022), kedua belah pihak memberikan penilaian paling optimis tentang prospek pembicaraan.

Peluang perdamaian mendorong indeks saham berjangka S&P 500 menguat 0,5 persen, sementara Nasdaq berjangka naik 0,4 persen. EUROSTOXX 50 berjangka naik 0,5 persen dan FTSE berjangka naik 0,2 persen.

Indeks Nikkei Tokyo berakhir naik 0,6 persen, tetapi indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terseret turun 1,6 persen oleh kerugian di China.

Saham unggulan China anjlok 3,0 setelah lonjakan kasus virus corona membuat kota selatan Shenzen terkunci dan memicu spekulasi tentang lebih banyak pelonggaran kebijakan.

Obligasi di tempat lain tetap di bawah tekanan setelah terpukul minggu lalu karena lonjakan harga-harga komoditas tampaknya akan meningkatkan inflasi lebih lanjut, dengan imbal hasil pada obligasi pemerintah 10-tahun naik empat basis poin menjadi 2,04 persen.

Ukuran utama ekspektasi inflasi AS naik ke 3,0 persen dan mendekati rekor tertinggi. Itu hanya memperkuat ekspektasi Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan kebijakan minggu ini dan memberi sinyal lebih banyak untuk datang melewati prakiraan "dot plot" para anggota.

"Titik-titik kemungkinan besar akan mengelompok di sekitar empat atau lima kenaikan untuk 2022, naik dari tiga sebelumnya, mengingat laju inflasi yang lebih kuat sejak pertemuan FOMC Januari," kata Kevin Cummins kepala ekonom AS di NatWest Markets.

"Kami menduga kami juga bisa mendapatkan adendum tentang bagaimana Fed berencana untuk mengurangi ukuran neraca secepatnya minggu ini."

Bank sentral Inggris diperkirakan akan menaikkan suku bunganya menjadi 0,75 persen pada Kamis (17/3/2022), kenaikan ketiga berturut-turut, dan memberi sinyal lebih banyak dengan pasar memperkirakan agresif sebesar 2,0 persen hingga akhir tahun. Dana berjangka Fed menyiratkan tidak kurang dari enam atau tujuh kenaikan tahun ini menjadi sekitar 1,75 persen, menjaga dolar AS didukung di dekat level tertinggi sejak Mei 2020.

Euro tertahan di 1,0905 dolar, dan tidak jauh dari palung 22-bulan baru-baru ini di 1,0804 dolar, sementara dolar mencapai puncak baru lima tahun terhadap yen di 117,87.

Bank sentral Jepang (BoJ) terlihat tertinggal jauh di belakang bank sentral utama lainnya dalam kebijakan pengetatan.

"Yen tidak dapat menampilkan atribut safe-haven khasnya, sebagian karena kenaikan besar dalam imbal hasil AS dan kebijakan kontrol kurva imbal hasil BoJ yang mencegah obligasi pemerintah Jepang mengikuti kenaikan imbal hasil global inti," kata Rodrigo Catril, seorang analis senior valas di NAB.

"Jepang juga merupakan importir energi besar yang menambah kekhawatiran atas guncangan perdagangan dari harga energi yang lebih tinggi."

Emas kehilangan sebagian dari pesona safe-haven-nya pada Senin, turun 0,5 persen menjadi 1.975 dolar AS per ounce dan menjauh dari puncak minggu lalu di 2.069 dolar AS.

Demikian juga, peluang kemajuan di Ukraina mendorong harga minyak menyerah sedikit dari kenaikan baru-baru ini, bahkan ketika pembicaraan dengan produsen Iran tampaknya terhenti.

Brent terakhir dikutip 2,13 dolar AS lebih rendah pada 110,54 dolar AS per barel, sementara minyak mentah AS tergelincir 2,46 dolar AS menjadi 106,84 dolar AS per barel.

Baca juga: Harga minyak turun 4 dolar di tengah upaya akhiri perang Rusia-Ukraina
Baca juga: Kenaikan harga minyak dinilai momentum pakai BBM kualitas tinggi

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2022