Bandung (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta media massa Indonesia mengambil pelajaran besar dari kasus penerbitan kartun Nabi Muhammad SAW oleh koran Denmark, Jyllands-Posten, yaitu kebebebasan pers tidak absolut dan budaya melecehkan adalah hal yang merusak. Presiden juga meminta, agar pers Indonesia tidak merusak nilai bangsa melalui jurnalisme yang mengarah pada pornografi. "Pelajaran besar yang bisa kita tarik adalah bahwa hak dan kebebasan itu, termasuk hak dan kebebasan pers, tidak absolut dan tidak terbatas," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika memberi sambutan dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Gedung Merdeka Bandung, Kamis. Pelajaran lainnya katanya bahwa saling menghormati adalah sikap yang diperlukan dalam kehidupan setempat maupun antar bangsa. "Budaya leceh-melecehkan itu merusak dan jauh dari nilai manfaat," ujarnya. Menurut Kepala Negara, persoalan agama adalah persoalan yang sensitif, karena itu harus dihormati kendati kadang-kadang keyakinan seseorang berada di luar rasionalitas orang lain yang tidak meyakininya. "Apa yang boleh dan tidak boleh di dalam ajaran agama wajib dihormati tanpa harus mempersoalkan atau memperdebatkannya," katanya. Presiden Yudhoyono juga menyatakan bahwa pornografi sangat bertentangan dengan ajaran agama, serta nilai kesusilaan yang hidup dan dianut oleh masyarakat Indonesia. "Saya mengajak kepada insan pers untuk tidak menyalahgunakan kebebasan yang dapat merusak nilai-nilai luhur kehidupan bangsa itu," ujarnya. Ia mengingatkan, setidaknya ada dua asas yang harus selalu dipertimbangkan dalam pemberitaan oleh pers, yaitu azas manfaat dan azas kepatutan. "Jika sebuah pemberitaan jauh menyimpang dari dua azas ini, seperti pornografi, sadisme, tayangan pemberitaan mistis yang berlebih-lebihan tentu akan merusak alam pikiran dan perilaku warga masyarakat," kata Presiden Yudhoyono. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006