Baghdad (ANTARA News) - Serangan-serangan di Baghdad dan daerah sebelah utara ibu kota Irak itu Rabu menewaskan enam orang, termasuk empat prajurit, kata beberapa pejabat keamanan.

Dalam serangan paling mematikan, tiga prajurit tewas dan dua lain cedera akibat ledakan bom pinggir jalan yang ditujukan pada patroli militer di kota Jalawla di provinsi bergolak Diyala, sebelah utara Baghdad, kata seorang pejabat di pusat komando keamanan provinsi itu.

Tiga polisi juga terluka dalam ledakan bom pinggir jalan lain di daerah sebelah utara Baquba, ibu kota Diyala, tambah pejabat yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.

Di kota multi-etnik Kirkuk yang kaya minyak di Irak utara, Qassim Mohammed, seorang penguasaha Syiah Turkman, tewas dalam ledakan bom magnetis yang dipasang di mobilnya, kata Letnan Kolonel Polisi Shakhawan Abdullah.

Istrinya yang berusia 46 tahun terluka dalam serangan itu, kata Abdullah.

Di Baghdad, seorang kolonel angkatan darat Irak tewas dalam ledakan bom tempel lain di daerah barat, Al-Amriyah, kata seorang pejabat kementerian dalam negeri Irak yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Dalam insiden lain, orang-orang bersenjata di ibu kota Irak itu menembak mati pemilik sebuah toko di Zafraniyah, Baghdad selatan, kata pejabat itu.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dan terjadi beberapa bulan menjelang penarikan penuh pasukan AS.

Ratusan orang tewas dalam gelombang kekerasan terakhir di Irak, termasuk sejumlah besar polisi Irak.

Sebanyak 259 orang Irak tewas dalam serangan-serangan pada Juli, angka kematian tertinggi kedua pada 2011.

Juni merupakan bulan paling mematikan sepanjang tahun ini, dimana 271 orang Irak dan 14 prajurit AS tewas dalam serangan-serangan.

Sebanyak 211 orang tewas dalam kekerasan pada April, menurut data resmi, sementara pada Mei jumlah orang Irak yang tewas dalam kekerasan mencapai 177.

Meski kekerasan tidak seperti pada 2006-2007 ketika konflik sektarian berkobar mengiringi kekerasan anti-AS, sekitar 300 orang tewas setiap bulan pada 2010, dan Juli merupakan tahun paling mematikan sejak Mei 2008.

Militer AS menyelesaikan penarikan pasukan secara besar-besaran pada akhir Agustus 2010, yang diumumkannya sebagai akhir dari misi tempur di Irak, dan setelah penarikan itu jumlah prajurit AS di Irak menjadi sekitar 50.000. Sisa pasukan AS itu akan ditarik sepenuhnya pada akhir tahun ini.

Penarikan brigade tempur terakhir AS dipuji sebagai momen simbolis bagi keberadaan kontroversial AS di Irak, lebih dari tujuh tahun setelah invasi untuk mendongkel Saddam.

Namun, pasukan AS terus melakukan operasi gabungan dengan pasukan Irak dan gerilyawan Kurdi Peshmerga di provinsi-provinsi Diyala, Nineveh dan Kirkuk dengan pengaturan keamanan bersama di luar misi reguler militer AS di Irak.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni 2009 telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaida.

Gerilyawan yang terkait dengan Al-Qaida kini tampaknya menantang prajurit dan polisi Irak ketika AS mengurangi jumlah pasukan menjadi 50.000 prajurit pada 1 September 2010, dari sekitar 170.000 pada puncaknya tiga tahun lalu. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011