Jakarta (ANTARA News) - Panic selling mendera pelaku pasar di Bursa Efek Indonesia dan memicu harga saham-saham unggulan melemah ketika krisis utang Eropa masih menggelayuti pasar saham dan keuangan dunia.

Indeks harga saham gabungan BEI pada perdagangan sesi pertama Kamis ditutup terperosok 226,66 poin (6,13 persen) ke posisi 3.470,831.

Dari keseluruhan saham aktif, hanya tiga saham yang menguat, 287 saham melemah, dan 16 lainnya harganya tidak berubah.

Seorang investor ritel, Dady, mengatakan bahwa indeks yang terus merosot membuat dirinya panik dan hanya pasrah saja menunggu keajaiban.

"Harga-harga saham yang terus merosot membuat saya panik dan tidak bisa berbuat apa-apa, lantaran modal juga sudah ludes," katanya di Jakarta.

Investor yang baru setahun bermain saham ini tidak menyangka kalau indeks saham bakal terjun bebas. "Padahal sebelumnya banyak pengamat meyakinkan bahwa indeks saham bakal tembus ke level 4.000. Tapi nyatanya seperti ini," ujarnya.

Ia tidak bersedia menyebutkan jumlah portofolio investasinya, namun mengakui bahwa portofolio investasinya saat ini menyusut hampir 30 persen lebih.

Hampir semua saham kapitalisasi besar merosot tajam hari ini diantaranya saham bank Mandiri, BRI, BNI, Telkom, PGAS, BUMI, ADRO, Gudang Garam, dan Indofood.

Volume transaksi di pasar reguler tercatat mencapai 2,539 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp3,054 triliun.

Berbeda dengan investor lokal, investor asing justru sebagian membeli secara selektif terhadap saham-saham yang harganya telah jatuh.

Hingga sesi pertama berakhir, nilai beli investor asing mencapai Rp4,315 triliun atau lebih besar dari nilai penjualannya yang Rp4,28 triliun. Ini menunjukkan ada aksi beli bersih asing sebesar Rp66,247 miliar.

(B008/S004)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2011