Jakarta (ANTARA News) - Advokat Adnan Buyung Nasution menilai polisi tidak cermat dalam menjalankan tugas intelijen menyusul terungkapnya penyelidikan terhadap rencana pembentuk tim investigasi impor beras oleh fraksi di DPR. "Polisi memang perlu menjalankan tugas intelijen, tetapi harus dilakukan dengan menggunakan akal, cermat, terkoordinasi dan canggih," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis. Menurut dia, tugas intelijen berbeda dengan tugas penyelidikan, karena fungsi intelijen adalah melihat secara dini untuk menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Ia menambahkan ketidak-cermatan anggota kepolisian dalam menjalankan tugas intelijen karena masih dibayangi pengalaman masa lalu, yakni tugas intelijen selalu diberikan kepada TNI. "Sedangkan sekarang ketika polisi butuh mengumpulkan data dan informasi mengenai seluk-beluk negara, polisi terkesan tidak siap dan terkesan gegabah dalam menjalankan tugas tersebut," tutur Buyung yang ditemui dalam acara peluncuran buku di Balai Kartini. Akibat ketidak cermatan itu pula, menurut dia, wajar jika ada kelompok masyarakat dan anggota legislatif yang merasa gerah dengan pengawasan dan penyelidikan anggota intelijen. Sementara itu Wakil Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (F-PAN) Alvin Lie saat ditemui dalam acara yang sama mengaku mendapatkan surat intelijen anggota Polda Metro Jaya beberapa waktu lalu secara tidak sengaja. "Saya mendapatkan surat itu dari seorang bidadari," selorohnya seraya menambahkan sudah tidak relevan lagi untuk membahas asal-muasal surat itu. Bahkan ia menilai rekayasa yang dilakukan oleh polisi tidak cerdas karena antara surat perintah dan lampiran tidak ada keterkaitan. "Dalam surat perintah menyebutkan penyelidikan, tetapi dalam lampiran tertulis perintah pemeriksaan atas gagasan FPDIP dan FPKS yang hendak membentuk tim investigasi impor beras," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006