Solo (ANTARA News) - Solo dikenal sebagai Kota Budaya, karena terdapat beraneka ragam seni budaya yang berkembang di tengah masyarakat di wilayah itu.

Kota yang dikenal masyarakatnya santun dan berbudaya tersebut, sehingga berbagai seni budayanya sering dipertontonkan dalam even-even lokal maupun internasional.

Namun, hal tersebut terusik dengan terjadinya peristiwa ledakan bom bunuh diri di Gereja Kepunton, Kota Surakarta, Minggu (25/9), sekitar pukul 10.55 WIB yang menyebabkan korban tewas satu orang dan 22 lainnya berat dan ringan.

Korban luka mayoritas para jemaat yang selesai menjalani kebaktian di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton Solo, Jawa Tengah, pada setiap hari Minggu itu.

Menurut Simon Hendro (50) salah seorang jemaat yang rumahnya tepat di belakang gereja, para jemaat mulai masuk gereja di sekitar pukul 09.00 WIB. Ada sekitar 1.000 orang yang mengikuti kebaktian di gereja yang berlantai tiga itu.

Namun, para jemaat panik dan berlarian setelah ada ledakan bom di teras gereja yang dibawa seseorang yang tidak dikenal.

Bom tersebut telah menewaskan pelakunya yang kondisi tubuhnya sangat mengenaskan. Sedangkan jemaat yang sedang bubaran itu, banyak yang menjadi korban terutama mereka yang sudah keluar dari ruangan.

Jemaat lainnya Susanti, menjelaskan, akibat bom itu, banyak jemaah sehabis kebaktian menjadi korban, mereka terluka bagian pipi, tubuh, kaki, dan kepalanya akibat terkena serpihan.

Mereka yang terluka langsung dilarikan ke Rumah sakit Dokter Oen Solo dan sebagian ke Brayat Minulyo untuk menjalani perawatan intesif.

Gereja GBIS di Jalan AR Hakim Nomor 49, Kepunton, Solo, mampu menampung sekitar 2.000-an orang tersebut biasanya tenang dikunjungi umatnya setiap hari Minggu. Kegiatan kebaktian sebanyak tiga kali, yakni pukul 06.00 WIB, 09.00 WIB, dan 17.00 WIB.

Namun, kata dia, setelah adanya peristiwa bom ini, membuat warga ketakutan dan trauma mengingat kejadian yang menewaskan satu orang diduga pelakunya.

Menurut Marti (48) "bude" dari korban Olivia (16) Putri, dirinya kaget dan merasa takut setelah mendapat telepon dari keponakannya yang menjadi korban bom.

"Olivia saat telepon menangis berteriak kesakitan, karena kakinya terluka para terkena serpihan bom," kata Marti.

Menurut dia, dirinya tidak tega melihat lukan yang diderita korban karena salah satu kakinya patah terlihat tulangnya akibat terkena serpihan bom. Kini dia sedang menjalani operasi di RS Dokter Oen Solo.

Sementara setelah peristiwa tersebut Kepala Polda Jawa Tengah Irjen (Pol) Didik S Triwidodo, tiba di kompleks GBIS Kepunton pada pukul 13.15 WIB. Kepala Polri Jenderal Pol Timur Pradopo juga terbang ke Solo, langsung ke lokasi ledakan sekitar pukul 14.50 WIB.

Seorang korban tewas yang diduga pelaku bom bunuh diri di GBIS Kepunton, hingga sekitar pukul 13.32 WIB diduga masih di dalam gereja itu.

Sejumlah petugas Polri maupun TNI membawa korban dari gereja setempat ke rumah sakit. Petugas kepolisian memasang garis polisi di kompleks gereja setempat sehingga masyarakat tidak bisa mendekat di lokasi itu.

Wali Kota Solo Joko Widodo didampingi Wakil Wali Kota, FX Hady Rudiyatmo merasa kaget setelah mendapat kabar adanya ledakan bom. Keduanya kemudian meninjau lokasi gereja dan para korban yang dirawat di RS Dokter Oen Solo.

Wali Kota Solo Joko Widodo mengimbau, masyarakat menjaga kerukunan antarumat beragama supaya situasi kehidupan bersama di daerah itu semakin mantap dan tidak terganggu oleh peristiwa bom bunuh diri di Gereja Kepunton Solo, Minggu.

Menurut Kepala Pelayanan UGD RS Oen Solo, Dokter Rudi Handoyo, 11 di antara 19 korban ledakan bom yang dirawat di RS itu harus menjalani operasi, sedangkan delapan orang rawat jalan.

"Pasien yang operasi karena kemasukan benda asing di tubuhnya seperti mur, baut, serpihan, dan paku ukuran sekitar empat centimeter. Delapan pasien rawa jalan mayoritas karena sakit gangguan pendengarannya," katanya.

Salah satu pasiennya memang kritis, karena ada benda asing yang masuk hingga jaringan otaknya. "Kami memang tidak bisa menyebutkan alamat pasien itu, karena harus mengikuti aturan," katanya.

Nama korban yang dirawat di RS Oen Solo, yakni Noviati (27), Septi Roidik (22), Restiono (35), Yulianti (78), warga Jalan Amarta K-11 Gading Permai Solo, Delviana (18), warga Jalan Tambora 15 Solo, Haryoko (78), warga Ledoksari Jebres Solo, Febi Pilang (57), warga Mojosongo Jebres Solo.

Korban rawat inap di RS Oen lainnya, yakni Gon Sin Huan (52), Stefanus Suritno (73), Febriana (44), warga Malabar Raya 12 Mojosongo Solo, dan Olivia Putri Yustini (16), warga Purwodiningratan Jebres Solo.

Delapan orang rawat jalan, yakni Ferdianta (19), Belarmin Boris (18), Sugiyanto (48), Agus Susanto (23), Evi (40) Yohana (15), Beni Tri S (32), dan Anggraeni Risti (15).

Menurut dia, pasien akibat ledakan bom tersebut ada yang luka di tubuh, pipi, kaki, dan tanga. Mereka mayoritas terkena benda asing seperti serpihan, paku, bur, dan baut.

Jumlah korban ledakan bom bunuh diri yang dirawat RS Brayat Minolyo Solo terdacat tiga orang yakni Soni Kusworo (32), Kardiana Deni Santoso, keduanya warga Lampo Batang Barat, Mojosongo, Solo, dan Gresiana (18), warga Jalan Ahmad Yani 27 Gondang, Solo.


Ledak rendah

Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah Inspektur Jenderal Polisi Didiek Sutomo Triwidodo menyatakan, bom bunuh diri yang meledak di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, mempunyai daya ledak rendah.

Menurut Kapolda, berdasarkan pengamatan di tempat kejadian perkara (TKP) dampak yang ditimbulkan akibat ledakan bom bunuh diri itu tidak merusak gedung gereja, hanya kaca pintu depan yang pecah.

Selain itu, ledakan bom bunuh diri hanya menewaskan pelaku yang belum diketahui identitasnya dan melukai belasan jemaat gereja sehingga harus dirawat di rumah sakit.

Namun untuk memastikan daya ledak bom bunuh diri tersebut, tim Gegana Satuan Brimob Polda Jateng tetap akan melakukan penyidikan.

Ledakan yang menewaskan seseorang yang diduga pelaku bom bunuh diri dan belum diketahui identitasnya terjadi di GBIS Kepunton Solo pada Minggu (25/9) sekitar pukul 10.55 WIB.

Pria pelaku bom bunuh diri diperkirakan berusia antara 20-30 tahun, mengenakan kemeja krem, celana panjang hitam, topi serta berkaca mata saat beraksi.

Peristiwa ledakan bom di GBIS Kepunton Solo, banyak memunculkan protes di antaranya, Uskup Agung Semarang Mgr. Johanes Pujasumarta prihatin yang mengecam terhadap peristiwa bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Kepunton, Solo, Minggu.

Menurut dia, pihaknya mengecam tindakan kekerasan yang meneror umat saat sedang beribadah. Tindak kekerasan tidak boleh dijadikan sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan.

Peristiwa bom bunuh diri itu, kata dia, tentu merusak ketenangan yang selama ini dirasakan oleh masyarakat Kota Solo.

Oleh karena itu, dia mendukung langkah-langkah yang diambi oleh pihak kepolisian untuk tetap sigap menjamin keamanan dan melindungi masyarakat dari berbagai ancaman terorisme.

Selain itu, ia juga mengharapkan berbagai kabar tentang peristiwa bom bunuh diri tersebut diverifikasi dan disampaikan secara memadai.

Sementara pihak kepolisian hingga kini sedang melakukan penyelidikan terhadap identitas pelaku dan jenis bom yang diledakan di teras Gereja GBIS itu.

Sejumlah anggota kepolisian yang hingga kini pukul 17.30 WIB masih berjaga-jaga dan mamasang garis polisi dikawasan gereja tersebut, dan peristiwa itu menjadi perhatian masyarakat Solo yang ingin melihat lebih dekat ke lokasi kejadian.

(U.B018)

Oleh Bambang Dwi Marwoto
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011