Ambon (ANTARA News) - Sebuah narasi perdamaian dibacakan dalam ibadah di Gereja Maranatha, Minggu.

Tulisan tersebut berisi pengalaman Aprino Berhitu, pemuda Kristen dengan sahabatnya Almascatie yang beragama Islam saat bentrok antar warga terjadi.

Narasi itu mengisahkan pesan-pesan singkat via telepon genggam antara dua sahabat.  Saling menguatkan, menyemangati, mengingatkan agar menjaga diri dan keluarga masing-masing, dan berjanji untuk sama-sama mencari solusi penyelesaian masalah yang sedang terjadi di kotanya.

"Selain dirimu, jagalah juga ayah dan ibumu. Saya mencintai keluargamu. Ambon seperti ini karena kita sedang diperalat. Saya tidak mau hal ini terjadi, sebaiknya kita bertemu untuk bersama-sama mencari solusinya. Tolong kendalikan orang-orang di sekelilingmu. Tetaplah berdoa, saya akan selalu mendoakanmu, Rino. Hati-hati," ucap Aprino Berhitu saat membacakan narasi karyanya.

Dalam tulisannya, Aprino juga menyatakan, meski berbeda agama, dirinya sangat menyayangi Almascatie sebagai saudara sesama orang Maluku yang harus menjaga perdamaian di tanah kelahiran mereka.

"Kami anak Maluku sedang dibodohi untuk kepentingan suatu kelompok. Di akhir sms (short message service) pada Almascatie hari itu, saya mengatakan padanya bahwa saya Nasarani mencintai dia yang Muslim," katanya.

Kepada ANTARA di Ambon, Aprino Berhitu mengatakan, tulisan itu dibuatnya untuk mengingatkan masyarakat Maluku sebagai orang basudara (bersaudara) yang harus saling mengasihi dan menjaga hubungan persaudaraan yang sudah ada sejak jaman leluhur mereka.

"Almascatie sama sekali tidak mengenal orang tua saya, tetapi ia memiliki hati yang santun terhadap kedua orang tua saya. Bahkan lebih daripada itu, ia mencintai saya dan keluarga saya. Ia telah memberikan kekuatan terhadap saya," katanya.

Ia menjelaskan, dari pesan-pesan singkat antara mereka berdua saat itu, dirinya berpikir sahabatnya begitu prihatin dengan hal yang terjadi.

"Secara tidak langsung dia mengajak saya untuk membekukan konflik yang datang kali ini," ujarnya.

Aprino Berhitu adalalah warga kawasan Halong-Mardika, kelurahan Rijali, kecamatan Sirimau yang mengungsi di kantor DPRD kota Ambon, karena rumahnya terbakar saat bentrok antar warga terjadi daerahnya, 11 September 2011.
(ANT)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2011