Jakarta (ANTARA) -
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo berpendapat perang antara Rusia dan Ukraina menyebabkan banyak negara mengkalibrasi ulang kebijakan untuk merespons penurunan pertumbuhan ekonomi global.
 
"Konflik geopolitik ini berpengaruh terhadap pemulihan ekonomi global," ungkap Perry dalam acara Leader's Insight Kuliah Umum BI di Jakarta, Senin.
 
Ada tiga dampak perang Rusia-Ukraina, yakni pertama kenaikan harga komoditas global, tak hanya energi tetapi juga pangan, sehingga berdampak terhadap kenaikan inflasi di berbagai negara.
 
Kenaikan harga komoditas tersebut, lanjut Perry, memang memberikan dampak positif kepada eksportir, namun kenaikan harga komoditas global tersebut juga berdampak terhadap harga di dalam negeri.
 
Dampak kedua dari konflik kedua negara yaitu adanya gangguan dalam mata rantai global yang berpengaruh pada distribusi, pasokan, dan volume perdagangan global.
 
"Ini juga berpengaruh terhadap perekonomian global yang berisiko tumbuh lebih rendah dari perkiraan 4,4 persen, karena menurunnya volume perdagangan global," tuturnya.
 
Kemudian, ia menambahkan, dampak ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina terlihat dari jalur keuangan, yang tak hanya berpengaruh pada persepsi global.
 
Dengan demikian, saat ini banyak investor global kembali memegang safe heaven asset alias aset yang berisiko rendah dan aman, termasuk uang tunai sehingga investor menarik aliran modal ke negara berkembang termasuk Indonesia.
 
"Hal tersebut bisa berpengaruh terhadap stabilitas eksternal dan nilai tukar rupiah," ucap Perry.

Baca juga: BI nilai kenaikan bunga acuan Fed persulit pemulihan negara berkembang
Baca juga: Gubernur BI: Ketidakseimbangan ekonomi global berlanjut pada 2022
Baca juga: BI gelar ekspedisi rupiah berdaulat, jangkau lima pulau terluar NTT

 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Biqwanto Situmorang
COPYRIGHT © ANTARA 2022