Bangkalan (ANTARA News) - Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bangkalan, Madura, mengkritik kriteria dalam menentukan penyandang predikat buta aksara yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

"Karena penentuan kriteria buta aksara berbeda, maka hasil yang diperoleh juga berbeda antara BPS dengan kami di dinas pendidikan," kata Kabid Pendidikan Luar Sekolah, Seni dan Olahraga (Disluseniraga) Disdik Bangkalan Sudarmadji, Selasa.

Ia menjelaskan, BPS dalam menentukan warga yang buta aksara dilihat dari ijazah SD. Jika warga tidak memiliki ijazah SD dinyatakan buta aksara, meski sudah bisa menulis, membaca dan menghitung.

"Namun, kami melakukan penilaian berbeda. Dalam menentukan seorang buta aksara dilihat dari bisa membaca, menulis dan menghitung. Jika sudah bisa membaca, tapi tidak memiliki ijazah SD maka dinyatakan tidak buta aksara," ungkapnya.

Menurut Darmaji, akibat tidak ada kesamaan kriteria yang dijadikan patokan antara BPS dengan Disdik Bangkalan dalam menentukan buta aksara menyebabkan data penderita tidak sama.

"Data dari BPS Jatim menyebutkan penderita buta aksara mencapai 129 ribu orang. Sementara data di kami menyebutkan penderita buta aksara hanya 16 ribu. Nah, akibat kriteria tidak sama akhirnya hasilnya juga berbeda," ucapnya.

Darmadji menambahkan, kini pihaknya bersama PKK dan BPS Bangkalan sedang melakukan koordinasi untuk menentukan berapa jumlah buta aksara yang sebenarnya.

"Kami meminta pihak terkait supaya melakukan penyeragaman menentukan kriteria buta aksara sehingga datanya sama. Contoh kecil di desa, banyak warga yang tidak memiliki ijazah SD, tapi bisa SMS dan Facebook, berarti itu sudah tidak buta aksara," ujarnya.

Umumnya, warga yang buta aksara di wilayah ini adalah kebanyakan kaum perempuan dengan usia di atas 15 tahun.

Di masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Bangkalan berdasarkan data Disdik setempat, antara 800 hingga 1.000 orang belum bisa membaca dan menulis.

Di wilayah Kecamatan Kota saja, kata Darmaji, warga yang tercatat buta aksara karena tidak bisa membaca dan menulis sebanyak 1.284 orang.

"Yang jelas jumlah keseluruhan hingga saat ini sebanyak 16.544 orang. Itu hasil pendataan yang kami lakukan dengan kriteria bisa baca tulis itu, bukan pada ijazah SD," katanya menambahkan.  (ZIZ/M026)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011