Jakarta (ANTARA News) - Politisi senior Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) AP Batubara meminta pemerintah mulai dari aparat kepolisian, TNI dan penegak hukum lainnya untuk segera menumpas para teroris khususnya pelaku bom bunuh diri beserta jaringannya, agar terwujud keamanan dan ketertiban di tengah-tengah masyarakat.

Anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDIP itu yang akrab disapa "AP" itu mengemukakan kepada pers di Jakarta, Rabu, menanggapi bom bunuh diri yang terjadi di depan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton Jalan Arif Rahman Hakim, Solo, Jawa Tengah, Minggu (25/9) yang mengakibatkan belasan korban luka-luka masyartakat yang tidak berdosa.

Menurut AP, aksi teroris dengan menggunakan bom bunuh diri adalah kejahatan yang menghancurkan perikemanusiaan dan membunuh masyarakat yang tidak berdosa, sehingga pantas kejahatan teroris bom bunuh diri harus ditumpas sampai sampai ke akar-akarnya seperti pemerintah saat menumpas para pemberontak negara pada 1965.

"Para teroris adalah penjahat penghancur perikemanusiaan yang tidak ada hubungan dengan umat agama tertentu. Kami menyambut positif para tokoh lintas agama dan seluruh masyarakat Indoneia untuk bersatu melawan teroris tersebut," katanya.

AP menegaskan, seluruh agama yang ada di Indonesia tidak ada satu pun yang mengajarkan berbuat kejahatan terhadap orang yang tidak bersalah, sehingga salah besar jika tindakan teroris dikait-kaitkan dengan agama tertentu.

"Masyarakat Indonesia yang majemuk tetap hidup rukun dalam ideologi Pancasila, sehingga tindakan teroris yang tak berperikemanusiaan itu jelas tidak sesuai ideologi Pancasila itu harus segera diatasi," katanya. 

AP meminta siapa pun dalang peledakan bom di Solo, harus segera ditangkap dan diusut secara tuntas. Aparat diharapkan bisa menangkap dalang peledakan bom itu.

Dia menegaskan, pihaknya mengutuk keras pelaku peledakan bom di Solo, karena ledakan bom adalah musuh bersama dan harus diberantas secara bersama sama.(*)

Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2011