Jakarta (ANTARA News) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan memanggil pemasok bahan kimia glyroxyl yang dijual bebas dan kini dianggap sebagai bahan pengawet makanan pengganti formalin. "Rencananya Senin atau Selasa pekan depan akan kita panggil pemasoknya, karena glyroxyl bukan bahan tambahan pangan melainkan sebagai bahan sanitasi untuk mencuci peralatan," kata Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM, Dedi Fardiaz di Jakarta, Sabtu. Ia menegaskan bahwa BPOM tidak membolehkan penggunaan glyroxyl karena sifatnya seperti formalin yang dapat membunuh bakteri. "Glyroxyl, kira-kira sama dengan formalin, bisa digunakan untuk obat pembasmi hama," kata Dedi. Dedi mengakui baru sekitar dua hari lalu mendapat laporan adanya koperasi yang menawarkan glyroxyl untuk digunakan sebagai bahan tambahan makanan seperti tahu, ayam potong dan sayur-sayuran. "Mereka juga akan dipanggil. Kalau digunakan untuk mencuci peralatan pembuatan tahu, tidak masalah. Tapi kalau digunakan sebagai bahan tambahan makanan, tidak diperbolehkan," kata Dedi. Sebelumnya, produsen tahu mengeluhkan beredarnya bahan kimia yang belum jelas standar keamanannya bagi kesehatan manusia untuk proses produksi tahu dan jenis makanan minuman lainnya. "Saat ini banyak beredar bahan kimia untuk pengawet makanan minuman tapi tidak jelas apakah aman bagi kesehatan manusia atau tidak," kata pemilik pabrik tahu BM di Karawang, Imam Sujono. Ia mencontohkan bahan kimia glyroxyl yang dijual bebas dan dinyatakan dapat membuat tahu, ayam dan makanan lainnya lebih tahan lama. Sementara itu, Primkopti Toserba di kawasan Kalibata Tengah menjual glyroxyl dan ditawarkan dengan harga bervariasi mulai dari Rp25 ribu untuk ukuran 150 mililiter hingga Rp155 ribu ukuran satu liter. Menurut Opik, seorang petugas di Primkopti tersebut, glyroxyl cukup laris dibeli sebagai bahan pengawet.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2006