Banda Aceh, (ANTARA News) - Masyarakat Desa Rantau Sabon dan SP-V Patek, Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya, dilaporkan merasa kurang aman bekerja di sawah dan kebun mereka karena harimau Sumatera mulai sering turun di kawasan permukiman penduduk akhir-akhir ini. Wartawan ANTARA Banda Aceh yang berkunjung ke daerah itu, Minggu (12/2) melaporkan, masyarakat petani di kedua desa itu merasa kurang tenang, setelah tiga ekor sapi milik masyarakat Desa Rantau Sabon dibantai satwa liar dilindungi itu. Kedua desa tersebut berada sekitar 12 K dari ibukota Kecamatan Sampoiniet, sekitar 130 KM dari kota Banda Aceh, berada tidak jauh dari areal perkebunan kepala sawit milik PT. Tiga Mitra yang sudah lebih lima tahun tidak terurus lagi. "Areal kelapa sawit itu kini sudah berubah menjadi hutan angker yang banyak dihuni berbagai jenis binatang buas," kata Ridwan Adnan, salah seorang tokoh masyarakat setempat di Desa Ligan, Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya. Menurut laporan masyarakat, kata Ridwan Adnan, kawanan harimau Sumatera yang berjumlah lebih dari tiga ekor itu sudah sering dipergoki masyarakat, baik saat warga pergi maupun pulang dari sawah atau kebun mereka. Perkiraan itu didasari dari jejak (bakat, sebutan masyarakat setempat) kawanan harimau Sumatera itu dipastikan lebih dari dua ekor, satu ekor diaantaranya sering dipergoki masyarakat salah satu kakinya dalam keadaan cacat. "Walaupun cacat, namun panjang badan harimau itu diperkirakan lebih dari dua meter dan harimau ini sangat sering dipergoki masyarakat petani di kedua desa tersebut," katanya. Selama kawanan harimau Sumatera itu mulai sering muncul di kawasan permukiman penduduk di sekitar desa yang berdekatan dengan hutan sawit PT. Tiga Mitra ini, masyarakat mulai jaring keluar rumah pada malam hari. "Apalagi kedua desa itu belum memiliki sarana penerang listrik, sehingga suasana di malam hari sangat mencekam, setelah tiga ekor sapi warga dibantai satwa liar dilindungi tersebut," kata Hakim KB, warga tetangga Desa Rantau Sabon. Walaupun situasi kehidupan malam hari sangat mencekam akibat mengganasnya kawanan harimau itu, namun masyarakat Desa Rantau Sabon dan SP-V Patek mengaku hingga kini belum melaporkan kasus tersebut kepada aparat keamanan setempat. "Kami kuatir terulang peristiwa tahun 1992, ketika itu tiga orang penduduk tewas diterkam harimau dan setelah dilakukan pencarian hanya ditemukan sisa tulang belulang untuk dikuburkan kembali secara benar, sedangkan lainnya habis dimakan satwa liar dilindungi tersebut," kata Hakim KB.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006