Mekah (ANTARA News) - Penipuan dengan berbagai modus seperti dengan pura-pura ingin menolong, dipastikan masih akan terus mengintai jamaah calon haji yang menunaikan ibadah haji di Arab Saudi.

Tindakan kriminal tersebut sesungguhnya setiap kali terus berulang dan rata-rata dengan modus yang itu-itu juga, tapi sayangnya jamaah calon haji (Calhaj) tidak menyadari bahwa telah "terperangkap" dalam mangsa penipu.

Untuk itu Calhaj yang akan menunaikan ibadah di Arab Saudi, baik di Mekah, Jedah dan Madinah diingatkan untuk mewaspadai berbagai jenis penipuan.

"Pelaku biasanya WNI juga dan mereka umumnya memanfaatkan latar kesukuan atau kesamaan daerah asal. Jadi, jemaah haji yang menjadi sasaran biasanya sesuku atau sedaerah dengan pelaku," kata Kepala Daker Kerja (Kadaker) Madinah Akhmad Jauhari.

Diingatkan, calhaj perlu senantiasa waspada terhadap tindak kejahatan selama berada di Arab Saudi.

Berdasarkan pengalaman di musim haji tahun-tahun yang lalu, jamaah haji Indonesia sering menjadi korban tindak kejahatan.

Atas dasar itu pula, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1432 H/2011 Daker Madinah tahun ini membentuk sektor khusus pengamanan, selain tetap menyiagakan empat sektor lain seperti tahun-tahun lalu.

Dikatakan, Dakernya didukung 30 personel TNI dan Polri yang dibagi dalam dua shift, sektor khusus itu terutama disiagakan di sekitar Masjid Nabawi yang selama ini tercatat sering menjadi lokasi tindak kejahatan, terutama penipuan.

"Tindak kejahatan terhadap jemaah haji Indonesia ini pada setiap musim haji tergolong tinggin" katanya.

Berdasarkan kasus-kasus di beberapa musim haji yang lalu, mereka yang menjadi korban tindak kejahatan biasanya jamaah haji yang mengalami kebingungan atau tersesat.

"Jadi, jamaah yang kelihatan bingung rawan menjadi korban tindak kejahatan," kata Jauhari.

Untuk itu dia menyarankan jamaah haji agar tidak bepergian sendirian dan juga harus senantiasa waspada.

Jangan mudah terpedaya oleh keramahan orang yang menawarkan jasa baik untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Modus penipuan biasanya menawarkan jasa secara baik-baik dan ramah.

Misalnya pura-pura membantu mengamankan barang bawaan jamaah saat pergi ke toilet dan begitu jamaah di toilet, pelaku dengan leluasa membawa pergi barang jamaah.

"Kalau ada kesulitan, lebih baik berhubungan dengan petugas yang ditunjuk. Mereka mudah dikenali karena berseragam resmi serta memiliki identitas jelas," kata Jauhari.

Seragam panitia yang digunakan adalah memakai baju lengan panjang warna biru muda.

Hendra Wirawan, kepala Sektor Khusus Nabawi, mengatakan penipu umumnya akan mengintai terlebih dahulu Calhaj yang terlihat bingung atau tersesat.

Apabila mereka sudah menemukan calon korban, tanpa sungkan-sungkan penipu akan berbaik-baik hati memberikan pertolongan, seperti membawakan tas atau menunjukkan arah jalan yang dianggap benar.

"Calhaj yang disorientasi adalah sasaran empuk bagi para penipu untuk melakukan aksinya," kata Hendra.

Dia mengakui sekalipun kejadian seperti ini terus berulang setiap tahun dan pelakunya sudah diketahui tapi pihaknya tidak bisa berbuat banyak, mengingat mereka adalah WNI juga.

Hendra mengatakan pihaknya tidak bisa menangkap dan membawa mereka ke pihak berwenang karena, seharusnya Pemerintah Indonesia harusnya melindungi bukan untuk membawa ke penjara.

"Paling yang bisa kita lakukan adalah terus mengimbau dan menginformasikan secara terus menerus kepada Calhaj agar tetap waspada terhadap tawaran bantuan orang yang tak dikenal," tambahnya.

Pengalaman tahun-tahun yang lalu, cukup banyak Calhaj yang melaporkan ke petugas keamanan Indonesia mengenai kejadian yang menimpa dirinya, bahkan tidak sedikit dari mereka yang uangnya ludes dibawa kabur penipu.

Saran yang diberikan olehnya, adalah Calhaj hendaknya ketika akan melakukan ibadah jangan berjalan sendiri atau berdua tapi pergilah bersama rombongan.

Kejadian penipun tersebut sesungguhnya bukan saja dialami saat Calhaj melakukan ibadah tapi juga ketika sedang berbelanja atau jalan-jalan sehingga kesasar dan membutuhkan arah jalan untuk pulang.

"Saat Calhaj sudah letih karena jalan nyasar kesana-kemari dan sudah pasrah dengan keadaannya, kondisi seperti itulah yang dimanfaatkan penipu untuk menguras harta," katanya.

Saran lain yang diberikan adalah Calhaj hendaknya jika bepergian jangan membawa uang seluruhnya dalam satu tas, tapi hendaknya dipisah dalam tas atau dompet yang beda tempat.

Ini dilakukan agar apabila uang yang ditempatkan dalam satu dompet atau tas hilang, maka Calhaj masih memiliki uang yang disimpan di tas lainnya.



Minta hati-hati

Tindak kriminal yang dialami Calhaj tak pelak juga membuat gusar Pemerintah Indonesia terhadap kejadian yang terus berulang tiap tahunnya.

Menteri Agama Suryadharma Ali mengimbau agar jamaah haji Indonesia selalu waspada dan hati-hati saat berad di tanah suci.

Selalu saja ada orang yang berniat tidak baik dengan pura-pura menawarkan bantuan. Jamaah diimbau hanya percaya kepada petugas haji berseragam.

"Saya merasa prihatin kalau ada niat ibadah ke sana kemudian ada yang mengganggu, apalagi kalau yang menganggu itu saudara sendiri. Jadi itu sangat keterlaluan, oleh karenanya saya imbau kepada jamaah supaya tidak terlalu cepat percaya kepada orang-orang yang mau membantu," kata Menag di Jakarta akhir pekan lalu.

Diketahui bahwa kerap terjadi modus penipuan yang justru warga Indonesia sendiri yang melakukan tindakan kriminal itu, sehingga Menag meminta jamaah hati-hati.

"Bisa dipahami jamaah pasti sangat asing dengan kondisi di Arab Saudi, ketika ada yang mau bantu bawakan kopornya, bantu tunjukkan tempatnya, itu kan mereka merasa terbantu tapi ternyata bantuan yang diberikan adalah berupa penipuan. Mudah-mudahan tidak marak seperti dulu," kata Menag.

Dia memberi solusi seandainya jamaah ingin mendapat bantuan sebaiknya mengontak petugas.

"Tentu bantuan boleh mereka minta kepada petugas. Petugas sudah punya tanda pengenal, seragamnya," tegasnya.

(A025)







COPYRIGHT © ANTARA 2011