Sydney (ANTARA News) - Uang tidak bisa membeli kebahagiaan, dan kini ada kajian ilmiah guna membuktikannya. Para peneliti Australia menemukan bahwa orang di kawasan kalangan berada Sydney adalah orang yang paling sengsara di negara itu, sebaliknya mereka yang tinggal di kawasan termiskin jauh merasa lebih puas dengan kehidupan mereka. "Hanya pada level sangat tinggi uang betul-betul memiliki dampak untuk bertindak sebagai penyangga," kata Liz Eckermen, seorang peniliti Universitas Deakin, seperti dilaporkan AFP. "Uang sebenarnya tak bisa membeli kebahagian dan apa yang dipertunjukkan sangat jelas bagi hampir 23.000 orang yang kami wawancarai hingga sejauh ini," katanya kepada Radio ABC. Penemuan tersebut, yang disusun sejak 2001, menunjukkan bahwa sementara tak ada perbedaan yang besar di kalangan orang berada di Australia, kawasan paling bahagia berpenduduk rendah, memiliki lebih banyak penduduk manula berusia 55 tahun atau lebih, terdapat lebih banyak wanita dan orang menikah dan perbedaan penghasilan yang lebih sedikit. Survei itu menilai tingkat kepuasan orang dengan standar kehidupan, kesehatan, hubungan, prestasi kehidupan, keamanan, koneksi masyarakat dan keamanan masa depan mereka. Robert Cummins, seorang mahaguru psikologi di Deakin yang menyusun angka survei, menempatkan perbedaan hingga ke biaya perumahan yang lebih tinggi dan kepadatan penduduk yang tinggi di berbagai kota. "Orang di kawasan pedesaan sering memiliki penghasilan berlebih karena biaya hidup, terutama perumahan, cenderung berkurang di kawasan luar kota," katanya kepada koran The Australian. Dari 150 kawasan yang disurvei, salah satu dari kawasan termiskin Australia, yakni Wide Bay di wilayah pedesaan Queensland, merupakan daerah yang paling berbahagia. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006