Solo (ANTARA News) - Pengosongan Kedutaan Besar (Kedubes) Denmark dan penarikan dubesnya untuk Indonesia di Jakarta adalah langkah standar yang harus diambil sebuah negara ketika sedang terjadi konflik, kata mantan Ketua MPR, Prof. DR. KH Amien Rais. Dalam hal ini yang diperlukan adalah normalisasi hubungan, kata Guru Besar di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu kepada wartawan di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Senin. "Dalam tafsiran positif, langkah Pemerintah Denmark itu tidak akan memperuncing situasi. Itu adalah langkah standar yang harus dilakukan pemerintah sebuah negara terhadap diplomatnya di sebuah negara jika terjadi persoalan atau konflik," ujar Amien Rais, yang juga pakar hubungan internasional. Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah itu mengatakan, persoalan pemuatan karikatur Nabi Muhammad SAW di sebuah majalah di Denmark yang diikuti sejumlah media massa Eropa kondisinya cukup rumit, karena menyangkut perbedaan tata nilai dan paradigma yang dipakai. Berbeda dengan pandangan kalangan muslim, menurut mantan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu, bagi dunia barat tindakan semacam itu bukan kesalahan apa pun. "Ketika mendapat reaksi, dengan enteng pengelola majalah itu mengatakan nothing wrong, dan ketika didesak meminta maaf mereka mengatakan for what?. Ini memang menjengkelkan umat muslim di belahan dunia manapun, karena Nabi yang sangat diagungkan dalam lubuk hatinya dilecehkan sedemikian rupa," ujar Amin. Oleh karena perbedaan paradigma itulah, menurut Amien, yang diperlukan saat ini adalah langkah-langkah normalisasi hubungan dengan berbagai cara dialog terbuka, dan kedua belah pihak saling membuka diri dalam posisi yang setara tanpa ada yang merasa lebih di atas atau merasa lebih bisa mendominasi pihak lain. Bahkan, Amien Rais dalam jumpa pers selaku Ketua Panitia Pengarah Seminar Internasional Islam and The West: Cooperation or Confrontation yang akan digelar di UMS pada 21 Februari 2006 menegaskan, terciptanya dialog Islam dan Barat adalah sebuah keharusan. Dikatakannya, sepuluh tahun terakhir hingga sepuluh tahun kedepan hubungan Islam dan Barat akan menjadi fenomena menonjol. Pertemuan dua peradaban besar itu akan mendominasi arah, suhu dan cuaca hubungan internasional, katanya. Oleh karena itu, Amien pun mengemukakan, seminar internasional tersebut bertujuan mencari titik temu kesamaan di antara peradaban Kristiani di dunia Barat dan Islam dalam sebuah perspektif yang jernih. Ia mengatakan, dengan demikian keduanya harus membuka diri tanpa ada yang merasa lebih superior dibanding yang lainnya. "Intinya, jika kita ingin menjamin masa depan dunia lebih baik, maka jangan sampai ada benturan antaran kedua peradaban besar tersebut. Sebagai negara keempat terbesar dan berwarga negara muslim terbesar di dunia, Indonesia harus berperan aktif dalam memformulasikan hubungan baik itu," demikian Amien Rais. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2006