Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, rencana percepatan pembayaran pinjaman IMF sangat mungkin dilakukan mengingat dampaknya yang menguntungkan terhadap perekonomian Indonesia. "Kajian yang dilakukan Departemen Keuangan dan Bank Indonesia melihat tiga hal seperti meningkatnya suku bunga pinjaman IMF, keuntungan dari neraca Bank Indonesia dan pertimbangan cadangan devisa. Kemungkinan itu sangat ada," katanya dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin. Dari sisi suku bunga pinjaman, kata Menkeu, IMF telah menaikkan suku bunga pinjaman pada kuartal ketiga tahun 2005 kemarin dari 431 basis poin menjadi 458 basis poin sehingga suku bunga pinjaman IMF saat ini 458 basis poin ditambah marjin 1,08 persen. Dari sisi Bank Indonesia, menurut dia, sisa pinjaman IMF sebesar 7,8 miliar dolar AS ternyata lebih menguntungkan jika bisa dipercepat pembayarannya dibanding ditempatkan dalam cadangan devisa. Sementara dari perhitungan cadangan devisa yang akan berkurang jika pinjaman IMF tersebut dipercepat pembayarannya, kata Menkeu, masih bisa diatasi dengan akan masuknya investasi langsung dari luar negeri tahun ini. Menkeu juga mengatakan bahwa Indonesia merupakan peminjam kedua terbesar kedua di IMF setelah Turki sementara Argentina dan Brazil telah membayar lunas pinjamannya kepada IMF beberapa waktu lalu. "Namun niat untuk segera membayar pinjaman IMF tersebut hendaknya tidak dihubungkan dengan adanya tekanan bahwa saya bukan orang IMF. Ini berdasarkan kalkulasi akurat yang jika kesempatan dan biayanya memang sangat baik untuk kepentingan republik maka itu akan dilakukan," demikian Sri Mulyani.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2006