Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan melemah di tengah dimulainya kembali pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina.

Rupiah ditutup melemah 14 poin atau 0,1 persen ke level Rp14.360 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.346 per dolar AS.

"Dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya termasuk rupiah, salah satu penyebabnya adalah dimulainya kembali pembicaraan damai antara Rusia dan Ukraina," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi kepada Antara di Jakarta, Senin.

Saat berita ini ditulis, indeks dolar AS memang terlihat menguat 0,37 persen ke posisi 99.15.

Ibrahim menjelaskan Ukraina dan Rusia sudah memulai pembicaraan damai untuk waktu satu minggu ini guna menyelesaikan konflik yang ditekankan oleh invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022.

Baca juga: Dolar AS menguat didukung data kenaikan lebih besar suku bunga Fed

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy bersikeras pada integritas teritorial negaranya, setelah sebelumnya menyarankan bahwa dia siap untuk kompromi.

Selain konflik Rusia dan Ukraina, Ibrahim menuturkan imbal hasil obligasi AS yang tinggi akibat inflasi, serta Bank Sentral Jepang (BoJ) yang mempertahankan batas imbal hasil implisitnya, turut mendorong penguatan dolar AS sehingga mata uang Garuda tertekan.

"Imbal hasil obligasi AS naik pada hari Jumat, dengan tenor 10 tahun naik ke level tertinggi hampir tiga tahun, karena investor terus menimbang inflasi yang tinggi dan kebijakan Bank Sentral AS yang hawkish," tambahnya.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah enam poin atau 0,04 persen ke posisi Rp14.352 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak dalam rentang Rp14.349 per dolar AS hingga Rp14.369 per dolar AS.

Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin turut melemah ke posisi Rp14.360 per dolar AS dibandingkan posisi hari sebelumnya Rp14.341 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah akhir pekan ditutup menguat, pasar tunggu rilis data ekonomi AS

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2022