Yogyakarta, (ANTARA News) - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Mahasiswa Peduli Kalimantan (KMPK) melakukan aksi unjuk rasa di Kota Yogyakarta, Selasa (14/2) untuk menyatakan menolak eksploitasi hutan dan menuntut penuntasan reformasi agraria. Koordinasi Umum KMPK, Fransiscus Didi Wahyudi dalam orasinya di perempatan Kantor Pos Yogyakarta menegaskan kembali penolakan mahasiwa itu sekaligus memprotes rencana pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit seluas 1,8 juta hektare (Ha) di sepanjang perbatasan Kalimantan dan Malaysia. Para mahasiswa yang melakukan aksi unjuk rasa dengan memakai pakaian adat Kalimantan itu juga menuntut pemerintah segera menghentikan praktik "illegal logging" serta mengusut tuntas dan mengadili pengusaha yang melanggar Hak Pengusahaan Hutan dan Hutan Tanaman Industri (HPH-HTI) "Hormati hak ulayat dan adat masyarakat. Jadikan pengalaman berharga kebijakan pemerintahan Orde Baru yang gagal dalam menyelamatkan hutan," kata Didi dalam orasinya. Menurut Didi, kegagalan program pemerintahan Orde Baru membuka lahan hutan seluas 1,8 juta ha untuk lahan persawahan merupakan kebijakan yang arogan pada waktu itu. Akibatnya hutan menjadi rusak dan kawasan tersebut hanya menjadi padang alang-alang yang gersang dan tandus, sementara kayu hasil pembukaan lahan hutan sudah hilang tidak diketahui rimbanya. Kegagalan itu harus menjadi cermin pemerintahan saat ini agar lebih bijak lagi dalam menerapkan kebijakan dan membuat perencanaan di bidang kehutanan. Menurut dia, data yang diperoleh dari "Sawit Watch" menyebutkan alokasi perkebunan sawit di Kalimantan Barat seluas 1,5 juta ha tetapi realisasinya hanya 382 ribu ha. Di Kalimantan Timur dari alokasi dua juta ha realisasinya hanya 303 ribu ha, Kalimantan Tengah 1,8 juta ha realisasi 438 ribu ha dan Kalimantan Selatan dari alokasi 0,5 juta ha hanya terealisasi 391 ribu ha. "Sedangkan sisanya hanya menjadi lahan terlantar setelah kayu-kayu dari hutan itu habis ditebangi," kata Didi.(*)

COPYRIGHT © ANTARA 2006