Istanbul (ANTARA) - Rusia dan Ukraina mengakhiri putaran baru pembicaraan perdamaian secara tatap muka di Istanbul, yang berlangsung sekitar tiga jam, pada Selasa (29/3).

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan pertemuan Istanbul adalah kemajuan paling berarti sejak perundingan dimulai.

"Kami sangat senang melihat peningkatan pemulihan hubungan antara kedua pihak di setiap tahap," ia menambahkan.

Usai pembicaraan tersebut, kedua belah pihak masing-masing menyampaikan pernyataan kepada awak media.

Tim negosiator Ukraina menyebutkan sejumlah negara yang dapat bertindak sebagai penjamin, sementara delegasi Rusia mengatakan Moskow akan mengurangi operasi militernya di Ukraina.

David Arakhamia, anggota delegasi Ukraina, mengatakan bahwa Kiev ingin beberapa negara, seperti Kanada, Polandia, Israel, dan Turki, bertindak sebagai penjamin, untuk dapat memberikan perlindungan internasional bagi Ukraina.

"Jika ada negara lain yang ingin bergabung, mereka dapat melakukannya," katanya. 

Ia menambahkan bahwa perjanjian dengan Rusia akan ditandatangani bersama dengan negara-negara penjamin.

Penasihat kepresidenan sekaligus negosiator Ukraina, Mykhailo Podolyak, mengatakan kepada awak media bahwa hasil pertemuan pada Selasa itu sudah cukup untuk dilanjutkan ke pertemuan di tingkat pemimpin.

Sementara itu menurut kantor berita Anadolu, Vladimir Medinsky, ketua delegasi Rusia, mengatakan bahwa pembicaraan di Istanbul berlangsung "konstruktif", dan presiden kedua negara tersebut kemungkinan hanya akan bertemu setelah draf kesepakatan damai siap ditandatangani.

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin, yang juga menghadiri pembicaraan tersebut, berjanji untuk mengurangi aktivitas militer secara drastis di Kiev dan Kota Chernihiv di Ukraina utara, guna menciptakan kondisi yang diperlukan untuk dialog.

Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
COPYRIGHT © ANTARA 2022