Jakarta (ANTARA) - Institute For Development of Economics and Finance (Indef) menyarankan masyarakat untuk meningkatkan literasi keuangan dan digital agar terhindar dari penipuan investasi online yang tengah marak terjadi.

“Literasi keuangan dan digital perlu mendapat perhatian dengan maraknya penipuan investasi di masyarakat,” kata Kepala Center of Digital Economy and SMEs Indef Eisha M. Rachbini dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Rabu.

Melalui peningkatan literasi keuangan, lanjut Eisha, akan menghasilkan pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap produk keuangan legal, manfaat dan risiko. Dengan adanya literasi keuangan akan meningkatkan tingkat literasi menjadi lebih ke 30 persen untuk masuk ke kategori masyarakat well literate atau terliterasi dengan baik.

“Peningkatan kemampuan digital diperlukan karena potensi ekonomi digital yang besar perlu dibarengi dengan peningkatan kemampuan dan keterampilan sumber daya manusia terhadap teknologi digital,” ujarnya.

Rekomendasi ketiga dari Indef untuk mencegah maraknya penipuan investasi adalah penguatan kelembagaan dan ekosistem dengan memperkuat peran dan kerjasama antar kelembagaan dalam ekosistem keuangan digital dan meningkatkan kerangka regulasi mengenai keuangan digital.

Eisha menekankan bahwa merebaknya kasus penipuan investasi online yang merugikan masyarakat menjadi salah satu isu mengenai pentingnya peran literasi digital dan keuangan di era transformasi digital.

Berdasarkan survei Global investor Study pada 2021, ketidakpastian income dan pekerjaan membuat masyarakat global, termasuk Indonesia menganggap investasi keuangan penting. Survei DBS Bank juga menyampaikan bahwa dengan berkurangnya pengeluaran yang tidak dapat dilakukan saat pandemi seperti traveling, membuat masyarakat cenderung menabung dan investasi jangka panjang.

Namun peningkatan investasi tersebut tidak diikuti oleh peningkatan literasi keuangan dan digital. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan tahun 2019, indeks literasi keuangan menunjukkan level literasi keuangan Indonesia sebesar 38,03 persen dimana setiap 100 orang penduduk terdapat sekitar 38 orang masuk kategori well literate.

“Teknologi digital dan ketika media online memberikan info yang belum tentu kebenarannya, bisa menarik dengan cepat investor yang menjadi target investasi bodong ini yang menjadi penyebab maraknya investasi ilegal,” jelasnya.

Adapun perkembangan digital payment akan terus diperkirakan tumbuh dan mendominasi keuangan digital di Asia Tenggara. Ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara diprediksi tumbuh sebesar 319 miliar dolar AS pada 2025.

Ekonomi digital Indonesia menguasai porsi terbesar di antara negara-negara di Asia Tenggara dan diprediksi terus tumbuh. Indonesia menguasai 40 persen dari ekonomi digital di Asia Tenggara atau sebesar 70 miliar dolar AS. Di posisi kedua, Thailand dengan porsi 17 persen atau 30 miliar dolar AS di 2021.

Baca juga: BEI: Rendahnya literasi keuangan di pasar modal masih jadi tantangan
Baca juga: Perkembangan internet belum mampu pacu pertumbuhan literasi keuangan
Baca juga: Ketua DPR minta pemerintah perkuat literasi keuangan digital


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Faisal Yunianto
COPYRIGHT © ANTARA 2022