Makassar (ANTARA) - Para pemerhati gender di Asia Tenggara (ASEAN) fokus mendorong percepatan pembangunan ekonomi perempuan khususnya pada sektor pertanian.

Perwakilan Institut Kewirausahaan Sosial Asia (ISEA), Dr Marie Lisa Dacanay dalam pembukaannya pada seminar daring dipantau dari Makassar, Kamis, mengajak perusahaan dan pemangku kepentingan dapat memberdayakan para perempuan untuk memaksimalkan potensinya untuk membantu perekonomian keluarga.

"Kita mendorong pemangku kepentingan untuk memberikan ruang (termasuk pelatihan) bagi para perempuan ataupun laki-laki secara berkelanjutan," katanya.

Komisi Sosial dan Ekonomi Asia dan Pasifik (UN-ESCAP) Ruhimat Soerakoesoemah, mengatakan dunia saat dunia terus bergulat dengan masalah ekonomi, sosial, dan lingkungan akibat pandemi COVID-19.

"Beberapa sektor yang ikut terkena dampak pandemi diantaranya sektor pertanian termasuk kaum perempuan. Ini menjadi tantangan kita untuk bagaimana agar bisa kembali mengangkat perekonomian perempuan ke depan," katanya.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengangkat perekonomian masyarakat di sektor pertanian, diantaranya peningkatan keterampilan melalui pengenalan teknologi baru yang dapat diimplementasikan secara efektif.

Sehingga ke depan, masyarakat khususnya di Indonesia bisa lebih tertarik dalam pertanian karena memiliki pengetahuan mulai bercocok tanam, sistem irigasi dan produksi pertanian.

"Apalagi pemerintah bersama seluruh pihak juga telah bekerja dan berusaha untuk mendukung pemulihan ekonomi," katanya pada seminar daring tersebut.

Kegiatan ini juga menghadirkan beberapa wanita inspiratif pembuat perubahan tentang kesetaraan gender seperti Dr Chusana Han (Poverty Eradication and Gender Division ASEAN Secretariat), Lenlen Mesina (WeEmpowerAsia), serta Emilia Setyowati dariTrubus Bina Swadaya.

 

Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2022