Kalianda, Lampung (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, mengupayakan untuk menghidupkan kembali tradisi pembuatan lumbung padi di masyarakat untuk meningkatkan stok pangan daerah setempat.

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Selatan Suranto mengatakan di Kalianda, Jumat, tradisi ini semakin lama semakin memudar di masyarakat sehingga perlu dipelihara dengan baik sebagai warisan leluhur.

"Tradisi ini sangat mendukung peningkatan ketahanan pangan penduduk terutama saat musim kemarau sekarang ini," katanya.

Ia menjelaskan, pihaknya bersama Badan Ketahanan Pangan setempat akan menghidupkan kembali tradisi ini agar daerah itu menjadi salah satu pendukung lumbung pangan nasional.

Menurut Suranto, program ini akan segera dilaksanakan dengan daerah percontohan di sejumlah kecamatan dengan mengaktifkan kembali lumbung padi petani setempat.

Beberapa tahun lalu, katanya, budaya ini masih banyak berkembang di masayarakat namun sekarang ini banyak yang telah ditinggalkan dan petani lebih menyukai menyimpan padi dengan menumpuknya dalam karung siap jual.

"Sampai saat ini pun masih ada khususnya warga perdesaan namun sudah sedikit,"imbuhnya.

Masih kata Suranto, dengan adanya lumbung ini dapat menekan petani menjual gabah dalam jumlah besar untuk membeli keperluan lain sementara saat kemarau seperti sekarang ini banyak yang membeli beras di pasaran.

"Lumbung padi ini akan disosialisasikan ke daerah yang merupakan sentra produksi padi," imbuhnya.

Sementara itu, Suroso salah satu petani di Kecamatan Katibung mengatakan sekarang ini petani jarang menyimpan padi mengggunakan lumbung melainkan dengan menyimpan dalam karung dan dimasukan gudang.

Ia mengatakan, penyimpanan seperti ini dilakukan agar petani dapat langsung menjual gabahnya saat menjelang panen berikutnya atau menanti harga gabah tinggi mendadak.

"Kalau petani dulu menimbun gabah sampai bertahun-tahun namun sekarang ini paling lama satu musim sudah menjualnya untuk membeli barang mewah atau untuk modal tanam," imbuhnya. (ANT-048/M027)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2011