Semarang (ANTARA News) - Seorang penjual nasi bungkus yang mangkal di Jalan Kusumawardani, Kelurahan Pleburan, Semarang Selatan, Sudarmanto (46) tewas dibunuh dengan beberapa luka tusukan senjata tajam. Sebelumnya, dia justru menolong seseorang dari keroyokan.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, di Semarang, Minggu, pembunuhan terhadap korban yang beralamat di Kampung Genuk Sari Atas RT 02 RW 09 Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Candisari, itu terjadi sekitar pukul 03.30 WIB.

Ditemui di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang, anak pertama korban, Septi Atini (28), mengatakan pada saat kejadian ayahnya sedang berjualan di warung angkringan "Marijan" itu bersama istrinya Rukmini, dua anaknya yakni Dwi Hari Romadon dan Rahmat Romanto, serta seorang pembantu.

"Menurut keterangan adik saya, sebelumnya di depan warung ada pertikaian dua kelompok pengamen sekitar pukul 02.00 WIB," katanya saat menunggui proses otopsi ayahnya.

Dalam perkelahian tersebut ada seseorang yang dikeroyok hingga tak berdaya dan kemudian diselamatkan oleh korban.

Tidak lama kemudian, kelompok yang diduga tidak terima karena korban menyelamatkan seseorang yang dianggap musuh, mendatangi korban yang sedang bersiap-siap menutup warung.

"Tanpa berkata apa-apa, beberapa anggota kelompok pengamen itu langsung membacok kepala ayah saya sebanyak dua kali dan menusuk pada bagian perut sebelah kiri," ujar Septi menirukan penjelasan adiknya yang saat itu melihat kejadian.

Pada saat itu, korban yang merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dan mulai berjualan nasi bungkus sejak tahun 2006 tersebut sempat dibawa ke RS Roemani Semarang, namun nyawanya tidak tertolong.

Menurut Septi, ayahnya dikenal pendiam dan tidak pernah marah pada keempat anaknya.

Anggota Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Besar Semarang yang menerima laporan segera melakukan penyelidikan dengan meminta keterangan sejumlah saksi.

Hingga saat ini, jenazah korban menjalani proses otopsi di RS Bhayangkara guna kepentingan penyelidikan lebih lanjut. (KR-WSN)

Editor: Ade P Marboen
COPYRIGHT © ANTARA 2011